Mohon tunggu...
Retno Putri
Retno Putri Mohon Tunggu... -

seorang yang suka berpetualang, \r\nbiasa dipangil @nonoputri\r\nmenulis adalah hal yang baru ia sadari hal penting dalam hidup,,\r\nIkatlah Ilmu dengan tulisan....\r\nbiar gak lupa :D

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kampoeng Berkabut dibalik Bukit

5 November 2012   10:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:57 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1352111045457239994

Sehat itu mahal harganya ! itulah pepatah yang sering kita dengar. Saat ini untuk sebagian besar masyarakat kota , mendapatkan fasilitas kesehatan adalah sebuah hal yang lumrah dapat dijumpai disekitarnya, gedung-gedung penunjang kebutuhan akan kesehatan berdiri megah. Lain halnya dengan sebuah tempat yang kami kunjungi pada hari minggu 04 november 2012. Sebuah tempat yang terletak di kampong Babakan Palahan, desa mekarwangi, kecamatan Cihurip, Kabupaten Garut. Menuju tempat tersebut dari arah Kota Bandung tidaklah mudah. Terletak sekitar 100 km dari ibu kota Kabupaten Garut, setidaknya dibutuhkan waktu tiga hingga lima jam . Awalnya medan yang di tempuh , dapat dilalui oleh mobil kami dengan cukup mudah, semakin memasuki wilayah perkebunan teh dengan jalan yang betrkelok kelok harus mulai dihadapi, tak sampai disitu, memasuki wilayah kecamatan Cihurip, mulailah  jalanan yang terjal menjadi tambahan pemicu semangat kami. Tebing-tebing yang tinggi mulai terlihat, bahkan awan pun mulai terlihat diantara tebing nan kokoh tersebut. Memasuki perkampungan penduduk di cihurip, terlihat rumah-rumah panggung yang terbuat dari anyaman bambu sebagai tempat tinggal sebagian besar penduduknya. Tak ada kebisingan hiruk pikuk perkotaan yang terdengar ,di kampung yang terletak diantara bukit-bukit itu. terlihat bapak-bapak, yang nantinya akan diangkut ke kota . bahkan diantara para pria tersebut ada beberapa wanita paruh baya yang juga sedang membelah batu besar itu menjadi bongkahan yang lebih kecil. Tak sampai disitu, untuk menuju desa Mekarwangi , masih harus meneruskan perjalanan lebih kedalam lagi. Melewati jalan kecil diantara semak belukar harus dihadapi, semangat dan doa untuk mendapat perlindungan selama diperjalan, itulah yang ada dalam benak kami. Hingga akhirnya sampailah pada tempat tujuan kami, Desa Mekarwangi. Saat kendaraan kami berhenti di depan rumah salah satu sesepuh di desa Mekarwangi, Ustad Dedi namanya, seorang bapak  dengan senyumnya yang sangat hangat menyambut kami . Suasana disana menggugurkan rasa lelah selama kami diperjalanan . Terlihat bangunan berlantai dua yang juga tetbuat dari bahan semi permanen, dan di lantai kedua terdapat rumah baca yang sejak tahuan 2009 sudah didirikan oleh salah satu lembaga penhimpunan zakat. Warga setempat yang sebelumnya telah mengetahui kegiatan balai pengobatan pada hari itu sudah menunggu kami. Tak sampai setengah jam persiapan dan briefing tim hari itu. Balai  pengobatan segara dimulai, seluruh tim bersiap pada posnya masing-masing. Kegiatan ini merupakan kolaborasi dari beberapa organisasi kemanusiaan yaitu volunteer doctor dan Korps relawan Salman ITB .

Bukan untuk pertama kali kami berkolaborasi dalam kegiatan seperti ini, namun belum ada tempat yang kami datangi yang seluar biasa desa Mekarwangi ini. Jenis penyakit yang dideritapun beraneka ragam, mulai dari jenis penyakit ringan hingga penyakit yang sukar untuk di atasi dalam kegiatan ini. namun beberapa pasien usia lanjut mengalami bebrapa penyakit yang disebabkan oleh kelelahan dalam beraktivitas, menurut dokter Yani yang ketika itu menjadi dokter senior yang juga mengikuti kegiatan tersebut, mengemukaan bahwa beberapa pekerjaan yang terlampau berat yang selalu dilakukan oleh penduduk setempat dampak jangka panjangnya dirasakan ketika memasuki usia lanjut.

Pasien yang terdaftar dalam kegiatan ini mencapai 118 orang, dari berbagai rukun tetangga dalam rukun warga 06, Mekarwangi. Membutuhkan waktu sekitar empat jam untuk menyelesaikan balai pengobatan ini. rasanya enggan untuk segera meninggalakan tempat ini, senyuman masyarakat sekitar masih lekat dibenak kami,  banyak sekali pelajaran yang bisa kami ambil saat bertemu dengan masyarakat disana selama kegiatan berlangsung. Tapi apa daya sebelum hujan turun sesegera mungkin kami harus beranjak kembali ke Kota Bandung. Karena kondisi jalan yang tidak lazim akan menjadi hambatan pada perjalan pulang. Beberapa penduduk dengan setia menemani dibelakang kendaraan kami, untuk mengantisipasi beberapa tanjakan terjal yang dapat mengakibatkan kendaraan mogok, dan terbukti kami harus mengalami empat kali kendaraan mogok. Dan membuat kami harus berjalan kaki sejenak untuk mendorong kendaraan berkapasitas 14 orang tersebut. Alhamdulilah, kami dapat melanjutkan perjalan dengan medan yang lebih baik. Kabut tebal mengiringi kepergian kami yang semakin lama  menjauh dari desa Mekarwangi, desa yang terletak diantara bukit itu, desa yang memberi pengetahuan baru tenatang Indahnya alam ini, masyarakat komunal yang sangat hangat yang hidup dengan kearifan lokal, dan bersyukur dengan apa yang telah diusahakan. Inilah Indonesiaku.. Terimakasih sahabat perjuangan.. Salam semangat .. Manjadda wajada…


Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun