Mohon tunggu...
Retno Permatasari
Retno Permatasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Kecil

seorang yang senang traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ormas dan Keberagaman Kita

7 Januari 2021   12:20 Diperbarui: 7 Januari 2021   12:29 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin kita masih ingat peran umat muslim dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia dan mempertahankan kemerdekaan . Saat itu Belanda dengan membonceng sekutu yang saat itu berjaya atas Jepang. Dan nyaris seluruh kaum santri yang sedang belajar di pondok pesantren melakukan perlawanan kepada eks penjajah bersama masyarakat lainnya.

Apalagi jika mengingat sebelumnya KH Hasyim Ashyari mengeluarkan fatwa untuk melakukan perlawanan kepada musuh bangsa dengan sekuat tenaga. Maka peristiwa seperti Surabaya dan beberapa daerah lainnya adalah bukti bahwa peran kaum santri dan umat muslim tidak bisa diremehkan.

Pada masa setelah kemerdekaan peran santri dan kaum muslim juga tak kalah pentingnya. Organisasi masyarakat yang sebelumnya sudah berdiri seperti Nahdatul Uama dan Muhammadiyah. Berbagai kegiatan dilakukan oleh mereka seperti sekolah modern dan rumah sakit. Juga rumah sakit dan pondok pesantren klasik dan modern.

Memang banyak hal yang bisa dilakukan dan dikreasikan oleh organisasi massa dan perkumpulan sejenis. Selain sekolah, rumah sakit dan pondok pesantren, juga berbagai kegiatan lain seperti olahraga, kuliner, penelitian dan berbagai kegiatan lainnya. Seluruh kegiatan itu berprespektif positif dan untuk kemajuan bersama kita sebagai bangsa.

Kita mungkin bisa mencatat apa yang sudah diraih oleh sekolah dan universitas yang ada di bawah nauang Muhammadiyah. Juga ormas dan NGO seperti Wahid Istitute, dimana mereka banyak melakukan penelitian soal pluralism, hal yang banyak diajarkan oleh Abdurrah

Memang tidak semua ormas punya cita-cita mulia seperti di atas, dan ada beberapa ormas yang berprespektif negative. Mungkin kita ingat sekitar awal tahun 2000-an  terjadi perusakan restoran dan tempat hiburan yang tetap buka saat puasa. Perusakan itu seringkali terjadi pada malam hari dan merusak banyak barang dan property yang dimiliki oleh restoran itu. Bahkan tak jarang, tempat makan itu tutup alias tidak beroperasi kembali setelah terjadi perusakan oleh ormas yang tidak setuju atas beroperasinya restoran itu karena tidak sejalan dengan masa puasa.

Padahal jika kita cermati lagi, Indonesia punya banyak penduduk dengan berbagai perbedaan, dai sabang sampai merauke, beragama islam sampai kong hu cu, sehingga soal puasa juga sebeanrnya adalah soal salah satu bagian dari Indoensia saja. Sehingga orang yang tidak puasa juga berhak untuk makan ketika salah satu bagian dari Indonesia mengharuskan puasa.

Untunglah masa-masa itu sudah berlalu dimana tidak ada lagi sweeping liar yang melibatkan ormas dengan merusak property restoran pada masa puasa. Memang seharusnya begitu yang terjadi di negara dengan berbagai keragaman seperti Indonesia. Semua harus saling mendukung dan memahami perbedaan kita .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun