Mohon tunggu...
Restu Mahendri
Restu Mahendri Mohon Tunggu... Pengajar

Hobi saya menyanyi dan mendengarkan musik karena hal ini sangat menyenangkan dam bisa melepaskan penat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Filofosi Keseimbangan THK dalam Kehidupan dan Pendidikan

28 September 2025   22:19 Diperbarui: 28 September 2025   22:19 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filosofi Keseimbangan BaliTHK DALAM KEHIDUPAN DAN PENDIDIKAN

Pendahuluan

Di tengah laju pembangunan modern yang seringkali mengabaikan kelestarian alam, dunia kini menghadapi isu genting: krisis keberlanjutan lingkungan dan sosial. Perencanaan tata ruang dan arsitektur telah menjadi penyumbang utama masalah ini, ditandai dengan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, alih fungsi lahan produktif, serta desain bangunan yang haus energi dan tidak kontekstual dengan budaya setempat. Tantangan terbesar kita adalah bagaimana mewujudkan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang.

Di sinilah filosofi luhur lokal, Tri Hita Karana (THK), sebuah kerangka solusi yang luar biasa relevan. THK, yang secara harfiah berarti "tiga penyebab kesejahteraan atau kebahagiaan," menekankan pentingnya mencapai keharmonisan seimbang melalui tiga hubungan fundamental:

Parhyangan: Hubungan harmonis dengan Tuhan/Spiritual (dimensi sakral).

Pawongan: Hubungan harmonis dengan Sesama Manusia/Sosial (dimensi komunal).

Palemahan: Hubungan harmonis dengan Alam/Lingkungan (dimensi fisik/ekologis).

Perkembangan zaman yang semakin pesat membuat peradaban manusia semakin canggih dan berkembang dalam mengikuti arus perkembangan global. Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, manusia modern seringkali dihadapkan pada krisis multidimensional yang mencakup degradasi lingkungan, konflik sosial, dan kekosongan spiritual. Kemajuan material yang pesat ternyata tidak selalu berbanding lurus dengan pencapaian kebahagiaan dan harmoni hidup. Kondisi ini mendorong pencarian kembali terhadap sistem nilai dan kearifan lokal (local wisdom) yang menawarkan pandangan dunia yang lebih holistik dan seimbang sebagai alternatif dari paradigma antroposentris yang dominan. Perkembangan semakin pesat membuat arus globalisasi semakin modern dan tidak terlepas dengan teknologi.

Latar Belakang

Di era digitalisasi, di mana aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan, model pembangunan yang semata-mata mengejar keuntungan ekonomi tidak berkelanjutan. Akibatnya adalah kerusakan lingkungan yang masif, ketimpangan sosial yang melebar, dan krisis makna dalam kehidupan individu. Tri Hita Karana yang menempatkan harmoni sebagai tujuan utama, bukan sekadar pertumbuhan. Hal ini penting karena merupakan jawaban dari kearifan lokal untuk tantangan global, sebuah pengingat bahwa kemajuan sejati tidak dapat dicapai dengan mengorbankan salah satu dari tiga pilar kehidupan: spiritualitas, komunitas, dan alam. Relevansi Tri Hita Karana tidak terbatas pada konteks Bali. Prinsip-prinsipnya bersinggungan langsung dengan berbagai isu krusial yang dihadapi dunia saat ini.

Perkembangan global saat ini menuntut pembangunan yang tidak hanya berorientasi pada kemajuan ekonomi, tetapi juga pada kelestarian lingkungan dan keadilan sosial. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) yang berfokus pada keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, telah menjadi panduan utama. Di tengah hiruk-pikuk modernisasi ini, Indonesia memiliki kekayaan kearifan lokal yang menawarkan solusi cerdas dan teruji waktu. Salah satunya adalah filosofi Tri Hita Karana (THK) dari Bali, selain dalam kontek Pembangunan dalam Pendidikan. Pendidikan karakter menjadi salah satu fokus utama dalam upaya membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan beretika. Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, sekolah dituntut tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur yang dapat menjadi benteng moral bagi peserta didik. Di beberapa wilayah di Indonesia, terutama Bali, terdapat kearifan lokal yang kaya dan relevan untuk dijadikan fondasi pendidikan karakter, yaitu Tri Hita Karana (THK). Filosofi hidup ini menawarkan kerangka berpikir dan bertindak yang holistik, menekankan pentingnya harmoni dan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan.

Mengintegrasikan Konsep THK ke dalam kurikulum dan pengajaran di sekolah merupakan langkah strategis untuk:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun