Mohon tunggu...
Restu Mahendri
Restu Mahendri Mohon Tunggu... Pengajar

Hobi saya menyanyi dan mendengarkan musik karena hal ini sangat menyenangkan dam bisa melepaskan penat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tri Hita Karana dalam Implementasi Subak Bali

21 September 2025   17:57 Diperbarui: 21 September 2025   17:57 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penutup

Subak lebih dari sekadar sistem irigasi; ia adalah sebuah filosofi hidup yang dipraktikkan. Di dalamnya, kegiatan bertani tidak bisa dipisahkan dari ritual keagamaan (Parahyangan), interaksi sosial yang adil dan kooperatif (Pawongan), serta pengelolaan lingkungan yang bijaksana dan berkelanjutan (Palemahan). Keberhasilan Subak selama berabad-abad membuktikan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan sejati dapat tercapai ketika ada keseimbangan harmonis antara manusia, sesama, dan alam semesta. Jangan pernah tinggalkan ritual suci dalam subak. Teruslah wariskan kepada generasi muda bahwa air adalah berkah Tuhan yang harus dijaga kesuciannya, Sistem Subak adalah contoh paling nyata dan agung dari harmoni Pawongan. Di sini, ego individu dilebur dalam kepentingan bersama. Para krama subak bermusyawarah (sangkepan) untuk memutuskan segala hal, mulai dari jadwal tanam hingga distribusi air secara adil dan merata. Prinsip paras paros sarpanaya (saling memberi dan menerima dalam semangat kebersamaan) menjadi landasan utamanya. Ajakan moralnya: Pertahankanlah demokrasi dan keadilan dalam setiap keputusan subak. Jauhilah konflik internal yang dipicu oleh keserakahan. Ingatlah bahwa setetes air yang mengalir ke sawah tetangga adalah bagian dari rezeki kita bersama. Gotong royong dalam membersihkan saluran irigasi (ngempelan) adalah simbol nyata dari kebersamaan yang harus terus dijaga. Gunakanlah pupuk organik dan hindari pestisida berlebihan yang meracuni tanah dan air. Pertahankanlah sawah sebagai lumbung pangan dan paru-paru Bali. Menjual sawah untuk kepentingan sesaat sama artinya dengan merusak warisan tak ternilai yang telah menghidupi kita selama berabad-abad. Jaga setiap jengkal palemahan subak, karena di sanalah kehidupan kita bersemi.

Daftar Pustaka

Astiti, S., Wayan, N., Windia, W., & Lestari, P. F. K. (2015). Penerapan Tri Hita Karana untuk Keberlanjutan Sistem Subak yang Menjadi Warisan Budaya Dunia: Kasus Subak Wangaya Betan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Jurnal Manajemen Agribisnis, 3(1), 26290.

Windia, W.2006.Transformasi Sistem Irigasi Subak yang Berlandaskan Konsep Tri Hita Karana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun