"Bener itu, Mba. Â Kartini dulu boro-boro mau dandan ayu, pakai high heels, ngecat rambut. Â Dia dipingit di kamar dari kecil sampai mau menikah. Â Wajar kalau kita sekarang menghargai dengan dandan yang cantik, mahal gak apa, demi anak-anak kita kenal dan menghargai Ibu Kartini" Â Retno, ikut menjawab senada dengan Mama Delia.
"OK-OK, tahun depan Kayla tak dandani Ratu Shima kalau gitu." Â Yanti menjawab tidak mau kalah.
07:49
Pengeras suara dari dalam sekolah terdengar, namun tidak jelas apa yang dikatakan, suaranya tenggelam di antara bunyi kendaraan dan suara dengung banyak orang yang berbicara di jalan.
Tiba-tiba gerbang sekolah terbuka. Â Barisan puluhan anak yang berdandan cantik perlahan-lahan keluar dari dalam gerbang. Â Beberapa guru pendamping mengatur mereka di samping barisan. Â Petugas security mengatur arus kendaraan dan orang berjalan, agar barisan dari dalam sekolah bisa mendapat ruang untuk berjalan ke alun-alun. Â Semua berwajah ceria, penuh semangat dengan percaya diri penuh, karena sadar akan kecantikan dan gagahnya mereka. Â
Sedikit rasa gatal karena bahan baju kebaya yang berenda-renda, beratnya sanggul dan bulu mata, tidak mampu menghapus senyum bahagia mahluk-mahluk cantik itu. Â Kain jarik panjang dengan ruang terbatas untuk melangkah membuat kaki-kaki kecil yang bersandal tinggi sedikit kesulitan berjalan, namun mereka tetap senang.
Ibu-ibu penunggu bersama-sama dengan rombongan dan guru mengikuti barisan anak-anak cantik dan gagah yang akan mementaskan pertunjukan singkat di pendopo kabupaten. Â Basa-basi saling memuji anak masing-masing. Â
08:03
Rombongan tiba di Alun-alun. Â Alun-alun yang biasanya terlihat dominan warna hijau rumput, kini tampak aneka warna. Â Hiasan rambut, anting-anting, kalung, serta manik-manik pada kebaya berkilauan di bawah sinar matahari yang mulai panas. Â Rumput hijau nyaris tak terlihat lagi karena penuhnya anak-anak dari berbagai sekolah dasar berbaris mengantri untuk masuk ke halaman pendopo kabupaten. Â
08:15
Ibu-ibu penghantar mulai kepanasan, dan beralih ke pinggir untuk mencari bayangan tempat berteduh dari sinar matahari yang semakin terik. Â Beberapa grup ibu-ibu terlihat di sepanjang sisi alun-alun, sementara anak-anak tetap berbaris menunggu giliran nomer urutnya dipanggil untuk pentas singkat.