Mohon tunggu...
Veronica Rompies
Veronica Rompies Mohon Tunggu... Wiraswasta - hobi ngomong, omongannya ditulis. haha.

Lulus tahun 1998 dari Universitas Darma Persada, Jakarta jurusan Sastra Inggris D3. Memulai bisnis furniture sejak tahun 2000 di Jepara, hingga saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kartini Kecil yang Terjajah, Sebuah Fiksi yang Bukan Fiktif

17 April 2018   15:49 Diperbarui: 17 April 2018   17:48 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bener itu, Mba.  Kartini dulu boro-boro mau dandan ayu, pakai high heels, ngecat rambut.  Dia dipingit di kamar dari kecil sampai mau menikah.  Wajar kalau kita sekarang menghargai dengan dandan yang cantik, mahal gak apa, demi anak-anak kita kenal dan menghargai Ibu Kartini"  Retno, ikut menjawab senada dengan Mama Delia.

"OK-OK, tahun depan Kayla tak dandani Ratu Shima kalau gitu."  Yanti menjawab tidak mau kalah.

07:49

Pengeras suara dari dalam sekolah terdengar, namun tidak jelas apa yang dikatakan, suaranya tenggelam di antara bunyi kendaraan dan suara dengung banyak orang yang berbicara di jalan.

Tiba-tiba gerbang sekolah terbuka.  Barisan puluhan anak yang berdandan cantik perlahan-lahan keluar dari dalam gerbang.  Beberapa guru pendamping mengatur mereka di samping barisan.  Petugas security mengatur arus kendaraan dan orang berjalan, agar barisan dari dalam sekolah bisa mendapat ruang untuk berjalan ke alun-alun.  Semua berwajah ceria, penuh semangat dengan percaya diri penuh, karena sadar akan kecantikan dan gagahnya mereka.  

Sedikit rasa gatal karena bahan baju kebaya yang berenda-renda, beratnya sanggul dan bulu mata, tidak mampu menghapus senyum bahagia mahluk-mahluk cantik itu.  Kain jarik panjang dengan ruang terbatas untuk melangkah membuat kaki-kaki kecil yang bersandal tinggi sedikit kesulitan berjalan, namun mereka tetap senang.

Ibu-ibu penunggu bersama-sama dengan rombongan dan guru mengikuti barisan anak-anak cantik dan gagah yang akan mementaskan pertunjukan singkat di pendopo kabupaten.  Basa-basi saling memuji anak masing-masing.  

08:03

Rombongan tiba di Alun-alun.  Alun-alun yang biasanya terlihat dominan warna hijau rumput, kini tampak aneka warna.  Hiasan rambut, anting-anting, kalung, serta manik-manik pada kebaya berkilauan di bawah sinar matahari yang mulai panas.  Rumput hijau nyaris tak terlihat lagi karena penuhnya anak-anak dari berbagai sekolah dasar berbaris mengantri untuk masuk ke halaman pendopo kabupaten.  

08:15

Ibu-ibu penghantar mulai kepanasan, dan beralih ke pinggir untuk mencari bayangan tempat berteduh dari sinar matahari yang semakin terik.  Beberapa grup ibu-ibu terlihat di sepanjang sisi alun-alun, sementara anak-anak tetap berbaris menunggu giliran nomer urutnya dipanggil untuk pentas singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun