Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akankah Sang Habib Melunak?

19 November 2020   16:00 Diperbarui: 19 November 2020   16:03 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Hilman Fathurrahman W dari Tempo.co

Mereka yang menyatakan diri kuat dengan pengikut yang sangat besar dan militan disatu sisi, sedangkan disisi yang lain memposisikan diri sebagai pihak yang seolah membutuhkan belas kasihan karena tekanan dari penguasa.

Bayangkan kuatnya energi dari kata "kriminalisasi ulama", kriminalisasi yang berarti perbuatan mengkriminalkan orang yang seharusnya tidak bersalah digabungkan pula dengan kata ulama yang merupakan pemuka agama, representasi wakil Tuhan di dunia.

Betapa kejinya arti kata "kriminalisasi ulama" dimana seorang representasi wakil Tuhan di dunia dikriminalkan ketika tidak bersalah. Sehingga ketika seseorang tidak mencermati persoalan, hanya termakan kata "kriminalisasi ulama", sangat wajar orang itu akan benar-benar marah.

Energi ini yang dicari oleh Habib Rizieq dan kelompoknya. Ditambah dengan cara penyampaiannya yang berapi-api semakin meyakinkan pengikutnya dan orang lain serta menghilangkan pikiran jernih untuk mengkoreksi, mencari dan melihat dulu esensi yang dipersoalkan.

Ditambah lagi cara pandang beberapa golongan masyarakat yang melihat bahwa segala sesuatu hal yang diucapkan oleh orang dengan status ulama, imam besar, Habib adalah sebuah kebenaran mutlak. Ya itu hak keyakinan masing-masing sih, untuk hal ini saya tidak bisa menyatakan salah benar. Di kepercayaan saya sendiri (kristen) pun orang dengan cara berpikir demikian ada.

Walaupun banyak pula penulis dengar sendiri pendeta yang dengan jelas mengatakan bahwa ucapan seorang pendeta sekalipun harus diproses dengan akal sehat, tidak  boleh ditelan mentah-mentah karena pemuka agama juga manusia biasa yang bisa salah. Penulis pribadi lebih respect dengan pemuka agama seperti ini, entah dari Kristen, Islam maupun agama-agama lain.

Balik ke pembahasan, klaim merasa dipojokkan akan tetap dipakai untuk mendapat banyak simpati dan empati yang kemudian dikonversi menjadi kekuatan untuk melawan tekanan. Bahkan bila tekanan itu bertujuan melindungi masyarakat.

Mungkin bagi Habib Rizieq dan pengikutnya, apa yang paling baik dan benar bagi mereka adalah apa yang mereka yakini, terlepas apakah itu akan membawa dampak buruk bagi masyarakat lainnya, mereka tak perduli.

Alasan kedua tekanan saat ini masih sulit melunakkan Habib Rizieq dan pengikutnya adalah posisi pemerintah lah yang sebenarnya terpojok. Bukan penulis mau membela pemerintah, tetapi nyatanya posisi pemerintah memang sulit.

Pemerintah dan aparat wajib melindungi segenap rakyat, kemudian ada sekelompok rakyat juga yang membuat olah. Ketika mereka akan ditindak, muncul teriakan-teriakan sekelompok rakyat yang merasa "terdzalimi" yang jika tetap dilanjutkan akan memunculkan tindakan-tindakan penyerta yang juga meresahkan dan kembali merugikan masyarakat, entah demo, reuni atau semacamnya.

Kita coba menganalisa sebuah kasus. Ketika kemarin muncul kerumunan dalam bingkai maulid, andaikata aparat membubarkan, penulis yakin akan muncul serial 212 yang baru karena pembubaran kegiatan keagamaan yang merupakan hak tiap pemeluk agama. Sudah pasti lah serial itu pada akhirnya merugikan masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun