Setiap negara tentunya ingin pertumbuhan ekonomi yang pesat. Baik faktor internal maupun eksternal dapat berdampak pada seberapa besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi. Perekonomian terbesar di Asia Tenggara adalah Indonesia. Indonesia  memiliki posisi yang baik untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang kuat karena beberapa faktor. Negara ini memiliki potensi perekonomian yang tinggi yang dapat menarik perhatian perekonomian internasional. Tingkat inflasi yang tinggi akan menjadi alasan jatuhnya pertumbuhan ekonomi. Namun inflasi dan pengangguran paling banyak dipelajari karena pengangguran dan inflasi ialah indikator yang bisa digunakan untuk mengukur kondisi sebuah negara, terutama negara berkembang layaknya Indonesia. Pengangguran dan inflasi adalah dua faktor yang memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Kedua elemen ini saling berhubungan dan dapat berdampak pada kinerja ekonomi secara keseluruhan. Ketika mayoritas angkatan kerja suatu negara tidak dapat menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi dan minat mereka, situasi itu dikenal sebagai pengangguran. Tingkat pengangguran yang tinggi memiliki dampak negatif jangka panjang pada stabilitas sosial dan kapasitas untuk kemajuan ekonomi.Â
Pengaruh pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui beberapa mekanisme yaitu: Pertumbuhan ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah dapat menyebabkan kurangnya penciptaann lapangan kerja baru. Jika ekonomi tumbuh lambat, permintaan tenaga kerja menjadi terbatas, sehingga mengakibatkan pengangguran. Kualifikasi dan Keahlian, ketidaksesuaian antara kualifikasi dan keahlian tenaga kerja dengan permintaan pasar dapat menjadi factor yang mempengaruhi tingkat penganggran. Kebijakan Pemerintah, kebijakan Pemerintah dalam hal ketenagakerjaan, regulasi usaha, dan kebijakan ekonomi secara keseluruhan dapat mempengaruhi tingkat pengangguran. Kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi, investasi, pelatihan tenaga kerja, dan penciptaan lapangan pekerjaan dapat mengurangi pengangguran.
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,4 juta atau 5,86% dari total angkatan kerja negara. Sebagian besar pengangguran adalah 2,54 juta orang berusia 20-24 tahun. Kemudian, 1,86 juta orang (22,03%) dari penduduk usia 15 sampai 19 dan 25 sampai 29 yang menganggur, masing-masing 1,17 juta orang (13,84%), 608,41.000 orang (30--34 tahun, 7,22%), dan 485.541.000 dewasa 60 tahun ke atas, 5,76%). Selain itu, terdapat 4,39 juta orang (5,22%) yang berusia antara 35 dan 39 tahun, 395,17 ribu (4,69%), 355,84 ribu (94,22%), 324,18 ribu (3,85%), dan 254,17 ribu (3,1%). antara usia 40 dan 44, 50 sampai 54, dan 55 sampai 59. Di Indonesia, ada 209,42 juta jiwa usia kerja pada tahun 2022. Sebanyak 143,72 juta dari orang-orang ini yang bekerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (LFF) nasional adalah 68,63% dan 83,87% laki-laki dan 53,41% perempuan bekerja.
Selain itu, inflasi ialah eskalai nilai barang dan jasa secara global dan berkelanjutan di suatu negara. Ketidakstabilan ekonomi dan penurunan daya beli masyarakat dapat diakibatkan oleh tingginya tingkat inflasi. Dampak inflasi terhadap ekspansi ekonomi dapat menjadi rumit. Berikut adalah beberapa factor yang perlu dipertimbangkan: Pengeluaran oleh konsumen, pengeluaran konsumen tetap terjaga  jika tingkat inflasi rendah dan konsisten. Namun, jika inflasi meningkat, konsumsi dan daya beli akan menurun. Investasi, kondisi yang kondusif bagi investasi dapat dihasilkan melalui tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Di sisi lain, inflasi yang tinggi dapat membawa stabilitas dan menaikkan harga pinjaman, yang dapat menghambat investasi dan ekspansi ekonomi. Nilai Tukar, inflasi yang tinggi mampu menurunkan kurs mata uang suatu negara. Impor dan ekspor suatu negara dapat terpengaruh jika nilai tukar menurun. Kebijakan Keuangan, Bank sentral mungkin terpaksa memperbesar suku bunga guna melawan inflasi yang tinggi. Kenaikan suku bunga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Menurut informasi Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi IHK Desember 2022 terdaftar sebesar 0,66% (mtm), akibatnya inflasi IHK 2022 sebesar 5,51% (yoy), lebih tinggi dari target 3,0+1% dan lebih tinggi dari target Inflasi IHK 2021 sebesar 1,87% (yoy). Peningkatan tersebut terpenting disebabkan atas imbas aklimatisasi harga energi bersubsidi pada September 2022. Inflasi inti 2022 tetap rendah sebesar 3,36% (yoy), sejalan dengan minimnya tekanan inflasi sisi permintaan yang signifikan dan berkurangnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. dampak propagasi perubahan harga BBM. Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwasannya Indonesia menjalani inflasi sebanyak 5,51% pada tahun 2022, pada bulan Desember mencatat tingkat inflasi tertinggi dalam delapan tahun terakhir, angka ini merupakan rekor inflasi terbesar. Namun, laju inflasi cenderung stabil pada tahun 2023. Inflasi Januari 2023 sebesar 5,28 persen, lebih rendah dibandingkan Desember 2022 (5,51 persen).
Disusun Oleh: Tania Zahra Zhafira dan Resga Permata Octavia L
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI