Mohon tunggu...
Rere Adida
Rere Adida Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pengajar

Karena kita harus menanam bukan hanya memanen.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Monolog - Bolehkah Aku Berbicara?

24 Oktober 2020   09:30 Diperbarui: 24 Oktober 2020   09:32 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Apa ibu mengingat tentang masa-masa saat aku mengenal sebuah percakapan soal cinta. Itu terjadi saat pertama kali aku masuk sekolah.

Niat baik mungkin tidak selalu menjadi hal baik. Aku selalu belajar. Aku ingin membuat ibu dan ayah bangga karena aku mendapatkan peringkat teratas. Tapi ketika itu aku sadar kalau aku juga membutuhkan kebahagiaan untuk diriku. Aku menjauhi orang-orang bu. Aku menjadi manusia yang tidak menyenangkan. Sampai akhirnya, aku mulai berbohong kepada ibu, karena saat itu aku berpacaran. Aku yakin ibu akan melarangku jika tahu. Namun pada akhirnya, pacarku meninggalkanku karena beberapa sebab. 

Awalnya, aku bertemu dengan laki-laki itu di acara pentas seni di sekolahku, bu. Lalu kami pun mengobrol. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta. Sebuah rasa yang belum pernah kurasakan  sebelumnya. Tiba-tiba dia meminta nomer teleponku. Aku memberanikan diri untuk memberikan nomer teleponku. Rasa cinta itu tidak mengizinkanku untuk betpikir tentangmu, bu. 

Setelah kami bertukar nomer telepon. Dia sering mengirim pesan dan meneleponku setiap hari. Kami pun sering mengobrol di sekolah. Kami semakin dekat, bu. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk berpacaran.

Aku mulai berubah. Aku menjadi manusia uang menyenangkan bu. Tiba-tiba aku mempunyai banyak teman. Aku bermain dengan cara membohongimu dan semakin hari aku semakin handal untuk membohongimu. 

Waktu telah berlalu dengan sangat cepat. Aku dan dia sudah berpacaran selama 3 bulan. Tapi hari itu.... dia terlihat aneh. Dia yang biasanya baik, tiba-tiba saja berubah. Saat itu dia meminta untuk kami berciuman bu. Seketika aku kaget. Tapi dia bilang itu adalah hal yang biasa dalam berpacaran. Saat itu kami pun melakukan sebuah ciuman bu dan juga... itu adalah ciuman pertama bagiku. Dan lebih parahnya lagi kami sering melakukannya bu.

Apa aku salah bu? Ibu bisa mengatakan dimana letak kesalahanku? Aku yakin ibu akan menjawab bahwa aku salah hari itu.

Tapi ciuman itu bukan akhir dari sebuah perjalanan cintaku bu. Semakin lama, ia meminta untuk melakukan lebih dari itu. Aku menolaknya bu. Tapi dia memaksa dan mulai mengancamku. Aku takut bu. Dia mengancamku, jika aku tidak mau melakukannya dia akan memberi tahumu jika kami sudah berciuman bu. Hanya satu yang ada dipikiranku waktu itu bu, aku tidak ingkn kamu mengetahui kesalahanku. Tapi ternyata itu adalah kesalahan yang patut kamu benci bu. Aku malu....

Mulut manisnya telah meyakinkanku. Dia bilang, dia akan bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat. Akhirnya hari itu aku pun melakukan hal itu dengannya, bu. 

Setelah kami melakukan hal itu. Dia mulai berubah. Aku bingung bu, aku cuma bisa diam dan menerima semuanya. Aku merasa..... dia adalah seorang pengecut yang meninggalkanku karena  beberapa sebab. 

Pagi itu, aku merasa ingin muntah. Aku sangat mual. Aku takut untuk mengecek keadaanku saat itu. Karena aku curiga kalau aku ternyata hamil bu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun