Mohon tunggu...
Rephael Geovan Nayaka
Rephael Geovan Nayaka Mohon Tunggu... Pelajar di SMA Kolese Kanisius

Seorang pelajar Kolese Kanisius yang gemar melakukan literasi digital

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kemampuan Fokus Manusia Kini Lebih Buruk dari Ikan Mas

8 Mei 2025   22:38 Diperbarui: 8 Mei 2025   22:45 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Penggunaan Aplikasi TikTok (Sumber: Shutterstock)

Gambar Anak Sedang Doom-scrolling (Sumber: Shutterstock)
Gambar Anak Sedang Doom-scrolling (Sumber: Shutterstock)

Berbagai perubahan tersebut memiliki dampak negatif bagi seorang pelajar. Kelelahan kognitif dapat mengganggu kemampuan seorang murid untuk belajar. Dr. Bhavit Bansal (2025) mengemukakan bahwa kelelahan kognitif berasal dari jumlah informasi yang membanjiri otak seseorang dalam jangka waktu yang pendek. Hal tersebut dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk menyimpan memori jangka panjang. Akibatnya, pelajar akan kesulitan untuk memahami dan mempertahankan pemahaman terhadap suatu konsep.

Selain itu, pelajar akan mengalami penurunan kontrol impuls. Seseorang dengan kebiasaan scrolling membiasakan mereka terhadap stimulasi instan. Aktivitas yang membutuhkan fokus lama akan terasa berat. Mereka juga akan mengalami gangguan tidur dan emosi. Paparan berlebihan terhadap Posterior Cingulate Cortex memicu insomnia,kecemasan, atau depresi. Penelitian oleh Trendeline Haliti-Sylaja dan  Alisa Sadiku (2024) juga menemukan penurunan kemampuan psikomotorik, seperti waktu reaksi. Kesulitan ini mereka amati pada mahasiswa. Mereka menemukan bahwa mahasiswa dengan paparan short form content tinggi memiliki GPA yang rendah.

Peran Pihak Sekolah

Gambar Pelajar di Sekolah (Sumber: istockphoto.com)
Gambar Pelajar di Sekolah (Sumber: istockphoto.com)

Upaya pengatasan krisis rentang fokus ini dapat didukung oleh lembaga pendidikan. Sekolah-sekolah harus menerapkan sistem untuk membangun kebiasaan digital yang baik bagi para murid. Sekolah dapat memberikan tugas untuk membaca dan merangkum sejumlah artikel pada jangka waktu tertentu. Murid dapat diberi kebebasan terkait topik. Dengan begitu, mereka dapat menemukan kesenangan dalam berkegiatan digital selain scrolling. Hal ini dapat mencegah kebiasaan scrolling pada para murid. 

Untuk mengatasi kebiasaan yang telah terbentuk, sekolah dapat menyediakan semacam program "rehabilitasi." Dalam program ini, para siswa dengan kebiasaan scrolling dapat dibimbing oleh pihak sekolah. Mereka akan diberikan perhatian dan penasehatan khusus terkait penggunaan media sosial. Mereka juga dapat diberikan aktivitas pengisi waktu tertentu sebagai tugas untuk menghindari penggunaan media sosial. Dengan begitu, mereka dapat terlepas dari adiksi secara perlahan.

Perkembangan zaman telah mengubah cara manusia menggunakan perhatian. Manusia sekarang lebih mudah terdistraksi dibandingkan sebelumnya. Maraknya short form content di media sosial telah mengubah struktur otak manusia. Akibatnya, pelajar menjadi lebih impulsif, cepat lelah secara mental, dan sulit memahami pelajaran. Masalah ini tidak boleh diabaikan. Rentang fokus yang baik sangat penting bagi pelajar. Kemampuan untuk fokus membantu siswa belajar lebih dalam, berpikir kritis, dan mengembangkan soft skill. Di tengah gempuran media sosial, kita harus mulai melatih para pelajar untuk fokus kembali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun