Homo ekonomikus versi Adam Smith selaku pemikir ekonomi neo-klasik (pemikiran teoretis yang menekankan perilaku rasional individu/seseorang, persaingan market/pasar pada hal-hal penawaran dan permintaan yang mempengaruhi hal-hal efisien pada sumber daya dengan mempertimbangkan keuntungan semata sebagai tujuan utama).Â
Sedangkan Adam Smith merupakan representasi filsuf dan ekonom dari Skotlandia yang berpengaruh pada ekonomi politik modern, The Wealth of Nation adalah karya pemikirannya yang dikenal sebagai panduan teori ekonomi pasar bebas yang menjungjung tinggi konsep-konsep keuntungan komparatif dengan memberdayakan konsep struktur organisasi (divisi kerja), konsepnya disederhanakan untuk menerjemahkan bahwa :Â
Tindakan individu yang logis/rasional dapat memaksimalkan keuntungan pribadi dalam aktivitas ekonomi serta memotivasi keuntungan pribadi, masyarakat banyak untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan yang lebih besar.Â
Dalam perspektif antropologis yang melibatkan nilai-nilai budaya dan pengetahuan tradisional yang kaya tentang cara memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.Â
Kondisi homo ekonomikus menggambarkan bahwa manusia hanya akan mengambil keuntungan ekonomi semata dari eksploitasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya (mulai dari berburu, mengumpulkan hasil hutan, berdagang, bertani pada pertanian subsisten), sehingga jika berlebihan terhadap eksploitasi akan adanya kerusakan lingkungan yang tidak akan lagi menyediakan kebutuhannya.Â
Tantangan menjadi homo ekonomikus akan bersamaan dengan tantangan kepentingan ekonomi pada setiap individu atau kelompok, dimulai dari aktivitas urbanisasi (pindahnya dari desa ke kota untuk kehidupan yang lebih modern dan pusat berkegiatan adanya di kota), mulai hadir beragam industri sehingga bentuk eksploitasi sumber daya alam atau manusia sesuai dengan permintaan pasar, sudah tidak lagi secukupnya karena ada harga dan keuntungan yang menjadi tujuannya, hal ini mempengaruhi dinamika masyarakat, terlihat dan terasa apabila seseorang atau masyarakat sudah menjadi homo sapiens dan homo ekonomikus, maka hadirlah berbagai tuntutan kebutuhan: primer, sekunder serta tersier walau harus mengorbankan keberlanjutan kelestarian, ketika memikirkan keuntungan pribadi saja, maka sudah hilang konsep bagaimana bersinergi dengan ekologi bahkan lupa bagaimana relasi manusia dengan alam, seakan-akan kehidupan ini hanya milik manusia ekonomi saja.Â
The Forest People (Orang-Orang Hutan)Â
Hutan identik dengan tempat tinggalnya suku-suku pribumi, pribumi mengarah pada pedalaman, suku asli/penduduk asli yang sudah lama hidup, bermukim, serta memiliki keturunan untuk hidup di lokasi tersebut, hutan adalah pusat sentralistik suku-suku pribumi untuk membentuk identitas dan menjaga tradisi yang bisa dilakukan di ekosistem hutan mereka secara berkelompok.Â
Tidak heran jika suku-suku tersebut tinggal berabad-abad, mengandalkan pengetahuan lokal tentang cara hidup dan berelasi bahkan bersinergi dengan ekosistem hutan untuk mendapatkan berbagai manfaat sumber daya alam bagi kehidupan manusia (komoditas potensial yang dibutuhkan suku tersebut seperti : sumber pangan, obat-obatan, bahan bangunan untuk tempat tinggal) sehingga suku-suku tersebut hidup dalam kondisi subsisten (cukup untuk bertahan hidup, hidup mandiri, memperoleh makanan, mencukupi kebutuhan dasar lainnya).Â
Hal subsisten lainnya adalah suku-suku tersebut mampu mengisolasi kehidupan dari ancaman luar serta menjaga keseimbangan alam dan keanekaragaman hayati, hari ini hutan terancam secara kompleks dari beragam kepentingan, hal ini mengancam suku-suku didalamnya yang banyak tidak mendapatkan kesetaraan atas kehadiran yang telah lama menempati hutan.Â
Antropolog (Inggris-Amerika) yaitu Colin Macmillan Turnbull (Populer dengan sebutan Colin Turnbull) dalam kajiannya berjudul The Forest People (tentang suku Mbuti di Zaire, sekarang Republik Demokratik Kongo tepatnya di hutan Uturi) menjelaskan secara etnografis (berbasis budaya) selama tiga tahun penelitiannya bahwa gaya hidup suku Mbuti yang tinggal di hutan dengan penduduk kota Afrika yang tinggal di dekatnya, serta mengevaluasi interaksi antara kedua kelompok tersebut. Suku Mbuti menghormati Turnbull dan berusaha menunjukkan kepadanya prospek budaya mereka sebagai kelompok masyarakat hingga terjadi perubahan drastis dalam gaya hidup mereka.Â