sumber gambar : unsplash
Sabtu, 18 Juni 2022 kemarin adalah Hari Gastronomi Berkelanjutan, karena merayakan dengan Global Youth Forum dan waktu yang dilaksanakan adalah waktu negara Denmark, maka di Indonesia tepatnya di Jawa Barat waktunya adalah tengah malam mendekati pukul 23-24.
Mengapa dirayakan ? Semua berawal dari tahun 2016, dikutip dari website resmi PBB bahwa Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi A/RES/71/246 pada tanggal 21 Desember 2016 dan menetapkan 18 Juni sebagai peringatan internasional dan inilah cikal bakal Hari Gastronomi Berkelanjutan. Tidak heran jika setiap 18 Juni akan merayakan hari gastronomi berkelanjutan.
Hasil dari keputusan inilah yang menginspirasi eksistensi gastronomi yang memang sudah diakui sebagai ekspresi budaya.Â
Keputusan tersebut mengakui gastronomi sebagai ekspresi keberagaman budaya dunia. Makanya, heran banget kalau Indonesia dengan embel-embel : kulinernya terbanyak, komoditas pertaniannya adalah potensi ketahanan pangan, budaya Indonesia sangat beragam, tapi ketika ada perayaan gastronomi berkelanjutan hanya segelintir saja yang merayakan, memaknai,mengevaluasi, mengetahui, dan menganggap biasa saja.
Maka dari itu, setiap orang Indonesia adalah kontributor gastronomi berkelanjutan dan harus sangat diapresiasi, bagus lagi banyak dukungan yang suportif dan solutif.
Mengapa orang Indonesia sangat bernilai di bidang gastronomi ?
Pertama, prinsip gastronomi berkelanjutan sesuai keputusan PBB itu mendefinisikan kemiripan kondisi orang Indonesia dari zaman dahulu yang sudah memegang prinsip itu seperti yang dilansir UNWTO dari Fan Page Facebook Resminya mencakup :Â
1. Keberadaan komoditas pangan di pasar lokal, orang Indonesia itu bisa dibilang interaksi sosialnya kebanyakan di pasar lokal dan pasar jenis lainnya, jangankan cuma belanja komoditas, bahkan kuliner pun sering di pasar lokal, melipir dikit ada angkringan bahkan kedai tradisional pun ada, mbok-mbok keliling yang jamu gendong udah siap nganterin ke rumah bahkan berkeliling.
2. Selanjutnya PBB menyebutkan harus adanya komunitas memasak dengan masakan tradisional dan asli. Ini ga usah ditanya seberapa banyak, bahkan setiap individu yang notabene orang Indonesia kalau cuma bikin sambal dadakan itu pasti bisa, walau cuma cabai rawit dicampur terasi dan garam, itu udah bisa membuktikan bahwa gastronomi berkelanjutan sesuai dengan karakteristik orang Indonesia yang suka masak dan suka makan. Kurang apalagi ? kurang lauk pauk dan sumber karbohidrat aja biar lengkap jadi sajian menu makan sekalian.Â
3. Hal lain menurut UNWTO adalah Mampu membagikan resep antar etnis, ini orang Indonesia ahli banget persoalan membagikan informasi, bahkan ga disuruh pun, dengan perkembangan ruang digital dan media sosial, banyak yang sukarela membagikan resep masakannya dan bisa dimasak ulang.Â
4. Namun, ada satu poin yang memang belum bisa tercapai oleh orang Indonesia secara umum untuk mendukung gastronomi berkelanjutan yaitu pengaturan limbah pangan atau limbah makanan serta kemasannya atau bungkusnya jika melihat versi UNWTO, memang bisa diakui pengaturan sampah makanan itu amatlah sulit.Â