Mohon tunggu...
Rena Widyawinata
Rena Widyawinata Mohon Tunggu... Editor - Health Tech SEO Editor | Novel Editor & Proofreader

Having special interests on health issues and willing to write a simple explanation about it. __________________________________________________________________________________________ Live what you love. But Love what you Live is the most important and hardest thing to learn and do. Visit my blog at: www.spicesofmind.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ujian SIM C: Ketika Latihan dan Realita Tak Sejalan

30 Juli 2016   10:53 Diperbarui: 30 Juli 2016   11:32 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Weekend! Hari Sabtu biasanya menjadi hari yang paling ditunggu. Bagaimana tidak? Setelah satu minggu beraktivitas di ibu kota yang padat dan terburu-buru, akhirnya acara kencan dengan ranjang, selimut, dan bantal tiba juga. Namun sayangnya, akhir-akhir ini waktu kencan saya agak terganggu. Kenapa?

Pasalnya, setiap Sabtu sekarang saya ada jadwal kencan dengan para polisi dan motor di tempat ujian SIM. Ya, saya tengah mengikuti tes praktik demi mendapatkan SIM C. Motor saja dulu. Motor saja susahnya setengah mati. Sebenarnya, saya nggak bisa-bisa amat sih naik motor. Cuma bisa matic. Kalau manual, saya nyerah. Sama sekali nggak bisa. Saya sendiri sudah naik motor sejak bertahun-tahun lalu. Tapi ya gitu ... tanpa SIM :p

Kenapa baru sekarang? Karena selama ini saya berpikir bahwa saya pasti tidak akan lulus (meski sekarang belum lulus juga sih) mengingat motor yang digunakan di tempat praktik uji SIM adalah manual. Setelah mendapatkan keberanian dan informasi bahwa katanya disediakan motor matic, majulah saya.

Tes teori lulus dengan gemilang tanpa remedial. Tibalah tes praktik.  Begitu sampai di lapangan … tetoot! Tidak ada motor matic, track-nya ajegile, tempatnya sempit pula. Segera saya sadar, uji SIM motor bukan soal bisa tidaknya dan secanggih apa teknik kita membawa motor. Ini adalah soal jam terbang dan attitude di jalan raya (#tsahh).

Mayoritas orang pasti tahu seperti apa track uji SIM C. Jalan lurus, membuat angka 8, putar balik, dan zigzag. Di sini, membuat angka 8 saja saya mendadak seperti anak umur 2 tahun yang nggak bisa-bisa. Saya cuma bisa di jalan lurus. Ternyata, berada di jalan lurus tak menjamin kita bisa selamat ya :’) (Cukup, jangan melenceng)

Memang banyak yang tak lulus dari uji SIM di kota Bekasi ini. Kata orang, track-nya memang lebih sulit dibandingkan ujian SIM di Samsat Daan Mogot sana. Kalau kata rumput yang bergoyang, dari 40 orang palingan hanya satu yang lulus. Ya, sesusah itu memang. 

Kalau mau ngomel ala barisan sakit hati yang tak kunjung lulus, track yang (lagi-lagi) ‘katanya' tidak semanusiawi di Daan Mogot bisa jadi sasaran kesalahan. Ditambah lagi, agak tidak masuk akal juga mengenai larangan menurunkan kaki ke aspal saat uji SIM. Memangnya, di jalan yang sesungguhnya nanti, kita nggak boleh menurunkan kaki pas macet atau pas ngerem mendadak karena mau nabrak kendaraan di depan? Nggak kan? Kemudian, jika ujian biasa, misalkan matematika, pidato, lari kita bisa berlatih terlebih dahulu. Kalau ujian SIM macam itu, mau latihan di mana? 

Memang tak akan ada habisnya kalau mau cari keburukan. Lagi pula, pasti ada tujuannya yang mungkin tak kita ketahui dari ujian SIM yang sulitnya bukan main itu. Mari berpikir lebih ‘religius', kalau memang sudah ‘jalan-Nya' untuk mendapatkan SIM toh akan dapat juga. Kalau memang sudah layak, toh bakalan dapet juga. Sama seperti bijak yang mengatakan, “Semua akan indah pada waktu-Nya”, 100 orang lebih yang ada di Satpas Kota Bekasi ini juga pasti akan lulus pada waktunya. Sabar saja.

Uji SIM ini tidak dibuat seperti ujian Star Trek ala Spock yang hanya bisa dipecahkan oleh the one and only, Captain Kirk. Buktinya, segelintir orang berhasil lulus kan. ;)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun