Mohon tunggu...
Reni P
Reni P Mohon Tunggu... Buruh - Saintis yang lagi belajar nulis

Seneng guyon Visit renipeb.medium.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Perlukah Aksen Pribumi dalam Berbicara Bahasa Asing?

14 Desember 2018   13:32 Diperbarui: 14 Desember 2018   15:46 2006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan tidak mungkin, perbedaan ini membuat jarak yang berdampak pada psikologis asing terhadap penutur lain. Merasakan ketidaksamaan yang jelas.

Sederhananya, pernahkah Anda dihadapkan situasi untuk memilih teman atau pasangan? Sebelum memilih Anda pasti menjajaki orangnya terlebih dahulu. Tujuannya apa? Apalagi kalau bukan mencari kesamaan? Semakin banyak kesamaannya, bukankah Anda akan merasa cocok ketimbang banyak bedanya?

Sadar tak sadar hal tersebut pun terjadi pada aksen dalam bahasa. Semakin banyak kesamaan pengetahuan komunikasi pasangan penutur, penerimaan satu penutur terhadap penutur lain akan lebih besar.

Obama dalam pidatonya saat berkunjung ke Indonesia tentunya tak asal bicara dalam menyapa kita sebagai teman lamanya. Cara ia mengucapkan "Saya suka bakso, sate, nasi goreng,...." diupayakan sebisa mungkin menyamakan dengan aksen Indonesia dan memudarkan lidah amerikanya. Usaha ini bukan usaha yang tak berdasar.

Ada strategi mengejar kesamaan yang berdampak positif bagi dirinya. ketika Obama mengucapkan satu dua patah kata bahasa Indonesia Indonesia tersebut dengan menimalisir aksen bahasa ibunya, penonton yang hadir menanggapi dengan antusias dan bersorak sorai seolah memiliki keluarga yang baru saja pulang dari rantauannya.

Saya bisa bayangkan bila Obama tak melakukan strategi komunikasi tersebut. Bisa jadi, pidatonya hanya seliweran di media dan dilupakan dengan mudah tanpa ada kesan yang positif yang mendalam bagi masyarakat Indonesia.

Dan ajaibnya kesamaan aksen bisa menjadi penolong kita di suatu daerah baru yang sebelumnya belum pernah kita tinggali. Seringkali, kriminal menandai seseorang entah untuk ditipu, diperdaya, hingga rencana perbuatan bejat lainnya dari identifikasi dirinya terhadap aksen lawan bicaranya. Kriminal akan lebih segan bila yang dihadapi adalah aksen yang sama dibandingkan yang tidak.

Tentu hal ini bisa jadi terjadi, juga bisa jadi tidak. Tapi bentuk, penerimaan seeorang terhadap kesamaan aksen (dibandingkan yang tidak) pastinya bukan lagi spekulasi yang membuat si penutur dengan aksen yang sama dengan daerah terkait akan mendapatkan sedikit banyak keuntungan.

Kenyataan Ragam, Haruskah Disangkal?

Kesamaan aksen tentunya membawa dampak baik. Tapi apakah perbedaan aksen akan membuat Bahasa Inggris kita jadi tidak sah bila tidak British atau American?

Meskipun memiliki aksen tertentu bisa menambah kredibilitas seseorang, seperti aksen British yang lekat dengan kesan stereotip "terpelajar", tetapi tiap-tiap daerah mempunyai identitasnya masing-masing yang mendefinisikan siapa mereka dan dari mana mereka berasal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun