Mohon tunggu...
Rendra Trisyanto Surya
Rendra Trisyanto Surya Mohon Tunggu... Dosen - I am a Lecturer, IT Auditor and Trainer

(I am a Lecturer of IT Governance and IT Management. And IT AUDITOR and Trainer in CISA, CISM, CGEIT, CRISC, COBIT, ITIL-F, PMP, IT Help Desk, Project Management, Digital Forensic, E-commerce, Digita Marketing, CBAP, and also Applied Researcher) My other activity is a "Citizen Journalist" who likes to write any interest in my around with DIARY approached style. Several items that I was writing in here using different methods for my experimental, such as "freestyle", "feeling on my certain expression," "poetry," "short stories," "prose," "travel writing," and also some about popular science related to my field. I use this weblog (Kompasiana) as my experiment laboratory in writing exercise, Personal Branding and my Personal Diary... So, hopefully..these articles will give you beneficial or inspiration and motivation for other people like my readers...! ... Rendratris2013@Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Ketegaran Si Odimz di Pondok Sukaratu

31 Mei 2017   19:11 Diperbarui: 1 Juli 2017   20:05 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Odimz, sedang menatap horizon kebebasan nun di kejauhan, dari Puncak Gunung Galunggung yang berkabut, yang berhasil di dakinya, Di suatu sore, pada hari itu... / Photo by: Rendra Tris Surya)

Dilanjutkan ke tempat sekelompok anak-anak muda yang sedang asyik membuat photo selfie di jembatan kayu khusus yang dibangun di puncak, untuk mnencitrakan sedang berada di atas awan. “Itu di lereng jurang di bawah, kok ada orang yang berkemah? Kita ke sana yuk, Pa.. ” ajak  Odimz. “Jangan, ke sana terlalu berbahaya buat kita, terlalu jauh turunnya....Kita belum siap hari ini untuk itu. Ntar kapan-kapan...Kita lihat pemandangannya saja dari atas sini saja ,” jawab saya tegas, karena mulai bertambah  khawatir..

(Kawah yang dulu merupakan sumber letusan besar itu, kini malah tampak subur dan bahkan sering dijadikan salah satu tempat camping favorit anak-anak muda dari Tasikmalaya dan sekitarnya / sumber photo: wisatanesia.co.id)
(Kawah yang dulu merupakan sumber letusan besar itu, kini malah tampak subur dan bahkan sering dijadikan salah satu tempat camping favorit anak-anak muda dari Tasikmalaya dan sekitarnya / sumber photo: wisatanesia.co.id)
Ketika malam akhirnya menghampiri  Puncak Gunung Galunggung di ketinggian 2.168 meter ini,  yang mulai terkesan menyeramkan. Kami pun turun dengan te rgopoh-gopoh, menuruni kembali 625 buah anak tangga menuju ke tempat parkir. Tampak segerombol anak muda yang justru baru mulai aktivitasnya menaiki puncak ini, dengan segala peralatan perkemahannya.  “Ini acara tradisi ,Pak..menjelang Puasa,” jawab mereka,  saat ditanya kok malam-malam justru ke sini.

***

Motor kami kemudian melewati jalan berbatu yang menurun di tengah hujan geirmis yang mulai deras di hutan Galunggung, pulang menuju ke Kecamatan Sukaratu,  ke Pondok tinggal si Odimz. “Pa, bagaimana kalau kita langsung pulang aja ke Cimahi. Saya sudah bosan banget di sini..” tiba-tiba suaranya terdengar dari belakang  jok motor ketika kami hampir sampai. Akhirnya, motor tetap masuk  ke pagar pondok yang selalu terkunci tersebut. Di ruang tamu, Odimz mulai mengeluh berbagai hal.  

Katanya, kepalanya mulai terasa pusing, dan kaki pegal-pegal. Rupanya pendakian kami hari ini berdampak kelelahan luar biasa juga buat dia, yang  selama 2,5 tahun di sini jarang berolahraga serius.  Tampak dia mulai tidak nyaman dan gelisah, kalau sudah merasa kurang fit seperti ini. Dia kemudian memaksa saya untuk membawanya pulang malam itu juga.... “Naik bus juga ng apa-apa ke Cimahi,” katanya mencoba mayakinkan.

 “Saya takut, Pa ! Kalau nanti harus tinggal di tempat ini seumur hidup..” katanya dengan nada yang kemudian berubah menghiba. Dia mulai meneteskan air mata dan menatap saya lama untuk meminta pengertian. Saya kemudian terkejut melihat  curhatnya yang tidak biasa seperti ini ! “Oh, rupanya selama ini dia merasa begitu tertekan di sini, yang mungmin sudah melampui batas ketahannya...,” pikir saya. Sebaliknya, kamipun sebenarnya menahan rindu berat kepadanya. Uniknya, kalimat yang diucapkannya ini, persis seperti yang saya dengar saat bertemu Odimz dalam mimpi..  

Saya tatap matanya lama.....

Lalu saya elus kepalanya yang plontos itu...”Odimz masih anak Papa....Tenang-tenang  saja, jangan terlalu khawatir. Kami semua tidak akan melupakan Odimz, dan membiarkan lebih lama tinggal di sini,” hibur saya kepadanya. “Percayalah, Odimz pasti segera pulang....Tapi bukan hari ini. Karena perlu banyak persiapan yang harus dilakukan di rumah. Khan nanti kamar Odimz harus ditata-ulang. Bang Bobie juga nanti harus menyiapkan dan mendaftarkan Odimz ke berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekosongan. Kursus Melukis dan Musik nanti akan kita utamakan  kalau Odimz nanti pulang,”  ujar saya meyakinkannya. “Oh ya, bukankah Odimz selama ini sudah begitu hebat, kuat dan tegar selama 2,5 tahun hidup di sini..? Hayo..jangan cengeng begini.. Habis lebaran nanti,  pasti Papa akan datang  menjemput..,” tegas saya kepadanya.

Dia tiba-tiba diam dan kemudian menunduk,  termenung.... Dan, saya baru menyadari bahwa anak ketiga saya ini sudah mulai benar-benar merasakan dirinya seperti “terbuang” dari keluarga. Lalu  Odimz  perlahan-lahan wajahnya kembali tegak. Tampak muncul ketegaran dan kekerasan hatinya. “Ya udah kalau begitu! Kalau memang tidak boleh pulang hari ini , ng apa-apa... Saya sudah ikhlas berada di sini”, kata Odimz berubah. “Sekarang Papa pulang saja...Pulanglah...”, lanjutnya. 

Lalu, dia bangun dari duduknya dan bergegas masuk ke dalam pondok yang diikuti oleh seorang pengasuh yang mendampinginya. Jam sudah pukul 20:30. Waktu-waktu mereka harus segera tidur istirahat sebelum besok memulaui kegiatan padatnya kembali. Saya lalu merasakan seperti  ada  kekecewaan luar biasa di dalam dirinya. Ada  sedikit “kemarahan” karena belum juga di bawa pulang hingga hari ini.... Meskipun respon tersebut kini  terlihat sangat terkendali. Hal  yang menunjukkan, bahwa dia sudah sembuh dan hampir kembali normal seperti kebanyakan orang lain.....

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun