Magelang - Tim pengabdian Universitas Tidar melakukan pendampingan pembelajaran Bahasa Asing bagi siswa tunarungu di SLB-B YPPALB Kota Magelang pada 17 Juli 2025 dalam rangkaian acara Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.
Kamis pagi, sebuah ruang di salah satu Sekolah Luar Biasa di Kota Magelang tampak dipenuhi aktivitas siswa. Hari itu diadakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi seluruh siswa SD, SMP, serta SMA SLB-B YPPALB. Tim Pengabdian dari Universitas Tidar berkesempatan untuk melakukan pendampingan pembelajaran Bahasa Inggris yang dirancang khusus untuk siswa tunarungu dalam rangkaian acara MPLS. Pendampingan pembelajaran tersebut diwujudkan dalam bentuk permainan. Terdapat tiga jenis permainan yang dilakukan, yaitu  Guess What, Roll and Guess, dan Pictionary sebagai strategi pembelajaran Bahasa Inggris yang interaktif.
Kerjasama antara Universitas Tidar dan SLB-B YPPALB Kota Magelang dilaksanakan sebagai bentuk nyata kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap setiap anak, terutama siswa tunarungu dalam upaya pemerolehan hak dan akses pendidikan yang setara tanpa diskriminasi.
Dalam kegiatan pendampingan pembelajaran ini, tim pengabdian  mempersiapkan tiga permainan kata dalam Bahasa Inggris. Kegiatan dimulai dengan permainan bertajuk Guess What,  yang melibatkan keaktifan siswa untuk membuat gestur berdasarkan gambar yang diberikan, agar siswa yang lain bisa menebaknya. Kemudian, dalam permainan yang berjudul Roll and Guess, peraturannya tidak jauh berbeda dengan permainan sebelumnya, yaitu menebak gambar, namun dengan sedikit variasi melempar dadu sebagai penentu gambar apa yang akan mereka tebak. Sebagai penutup, dalam permainan Pictionary, siswa diminta untuk menggambar jenis hewan atau pekerjaan secara berantai. Mayoritas siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran ini dikarenakan memang mereka belum pernah melakukan aktivitas semacam ini.
"Mereka sangat senang dengan kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris yang berbasis game seperti ini, karena memang belum pernah dilakukan sebelumnya" Â Ujar Bapak Aldi Setyo Pambudi, S.Pd selaku guru Bahasa Inggris di SLB untuk tunarungu.
Lebih lanjut, antusiasme siswa tunarungu ini juga tak lepas dari kegembiraan mereka bertemu orang baru dan juga rasa keingintahuan yang tinggi. Â Interaksi dan perhatian yang diberikan oleh tim pendamping membuat mereka merasa dihargai dan termotivasi, sehingga turut meningkatkan semangat mereka dalam mengikuti setiap sesi permainan.Â
Siswa disabilitas memiliki akses yang sangat terbatas terhadap sumber dan strategi pembelajaran  yang sesuai. Memang sangat diperlukan baik media maupun strategi pembelajaran yang khusus dirancang  untuk siswa tunarungu. "Kita membutuhkan materi pembelajaran yang terstruktur dan sesuai dengan capaian pembelajaran SLB, tetapi perlu juga disesuaikan dengan kondisi siswa agar relevan", jelas Bu Avory Alya Hafizhah, S.Pd yang juga merupakan pengajar di SLB.
Melalui permainan yang dirancang khusus untuk siswa tunarungu, pembelajaran Bahasa Inggris di SLB ini menghadirkan suasana yang lebih santai dan interaktif. Respons positif dari guru dan antusiasme siswa terlihat sepanjang kegiatan pendampingan, mulai dari menebak gambar, menggambar berantai, hingga permainan tebak kata. Menanggapi kegiatan pendampingan ini, Ibu Sukma Shinta Yunianti, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen yang tergabung dalam Tim Pengabdian menyampaikan, "Kegiatan ini bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga tentang belajar dari keberagaman dan memperkuat empati. Melalui pendekatan pembelajaran berbasis permainan, siswa terlihat lebih antusias, aktif, dan termotivasi dalam belajar Bahasa Inggris. Â Semoga kegiatan semacam ini dapat terus dilanjutkan dan dikembangkan, agar pendidikan benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh semua kalangan, termasuk teman-teman tunarungu."Â
Kegiatan yang memanfaatkan permainan ini dapat membantu siswa, terutama siswa tunarungu untuk memahami kosakata dan menyusun kalimat melalui metode yang interaktif dan menyenangkan. Interaksi visual yang tercipta dapat mendorong mereka untuk lebih aktif mengikuti pelajaran. "Intinya kita harus telaten, sabar, dan lebih banyak aktivitas pemanasan daripada inti materinya kalau mengajar anak-anak tunarungu ini karena kemampuan mengingat mereka cukup lemah, sehingga perlu diulang-ulang materinya" ujar Bapak Aldi menambahkan saran bagi tim pengabdian. Pihak sekolah pun akan selalu menyambut baik kehadiran berbagai pihak yang ingin belajar bersama, guna membangun kerja sama yang mendukung pendidikan inklusif dan berkemajuan.
Penulis: Tim PengabdianÂ