Mohon tunggu...
Rendi  Febria
Rendi Febria Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dakwah Islam, Pluralisme dan Soal Kebebasan Beragama

19 Desember 2016   19:00 Diperbarui: 19 Desember 2016   19:10 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pluralisme(sumber:rendifebriaputra)

Tidak berlebihan kiranya kalau dikatakan bahwa aktivitas dan gerakan dakwah (dalam segala cara, bentuk, dan manifestasinya) ibaratkan sebuah tulang punggung kelangsungan hidup beragama islam. Tanpa adanya sebuah aktivitas dan gerakan dakwah, agama islam sudah barang tentu suatu yang sulit dan bahkan tidak bisa berkembang. Itulah sebabnya, Nabi Muhammad SAW dalam sebuah haditsnya menekankan, “sampaikanlah apa saja yang berasal dari saya walaupun satu ayat”. Ini berarti bahwa dakwah itu merupakan tugas penting atau suatu kewajiban fundamental yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim dan muslimah sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Melihat keadaan sekarang dalam masyarakat modern yang memiliki bangunan struktur sosial yang lebih kompleks, menyeluruh, pola dan gerakan dakwah memerlukan organisasi yang menerapkan prinsip-prinsip manajemen modern, seperti penyusunan program dan evaluasi terhadap pelaksanaan program itu. Dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen modern ini, maka program-program dakwah yang belum terealisasikan akan dapat dievaluasi dan untuk selanjutnya dapat pula direalisasikan.

Program-program dakwah yang sudah dilaksanakan dapat tetap dipertahankan dan ditingkatkan intensitas pelaksanaannya. Atas dasar itu pula lah program dakwah dapat disusun berdasarkan skala prioritas dengan mempertimbangkan perlunya kebutuhan dakwah untuk jangka pendek dan jangka panjang. Dengan menggunakan dana yang memadai dan menerapkan asas-asas manajemen modern dalam pelaksanaan dakwah serta ditopang pula oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maka diharapkan tercapainya tujuan-tujuan dakwah yang telah diprogramkan.

Islam dan Pluralisme                                                               

Islam adalah agama dakwah. Ini berarti bahwa islam, menurut watak dan kodratnya harus seimbang. Diutus Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah memberikan konfirmasi teologis bahwa dia diperintah oleh Allah untuk mendakwahkan dan menyebarkan islam. Misi ini telah dilaksanakan dan diselesaikan dengan tuntas oleh Nabi dengan hasil yang sangat spektakuler. Orang-orang Quraisydi jazirah Arab yang sebelumnya menganut paham politeistik dalam kurun waktu 23 tahun telah diubah oleh Nabi menjadi masyarakat yang menganut kepercayaan monoteistik (tauhid). Dari jazirah Arabia inilah islam terus berkembang ke berbagai belahan pelosok bagian dunia.

Keadaan ini membawa islam tampil dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pluralistik. Berhadapan dengan kompleksitas situasi seperti itulah timbul suatu pertanyaan. Bagimanakah pola dan strategi dakwah islam di tengah-tengah pluralitas  atau keberagaman masyarakat dewasa  ini? Sebelum kita menjawab pertanyaan ini, kiranya perlu ditinjau terlebih dahulu pandangan islam mengenai pluralisme.

Menurut kodratnya, pluralisme atau keberagaman adalah merupakan ciri-ciri utama kehidupan suatu masyarakat. Keberagaman dan kemajemukan merupakan sunnatullah sebagaimana dapat kita pahami dalam Q.S Al-Hujurat ayat 13 : “Wahai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sekalian saling kenal mengenal”. Pluralitas masyarakat (yang mewujudkan dalam keberagaman dan kemajemukan ras, bangsa dan etnis) telah melahirkan keberagaman bahasa, adat istiadat, tradisi dan budaya. Pluralitas masyarakat ini memang dikehendaki oleh Allah dengan maksud agar kelompok-kelompok masyarakat yang hidup berbangsa-bangsa dan bersuku-suku itu bisa saling kenal mengenal satu sama lainnya.

Pluralitas masyarakat tidak hanya menampakkan manifestasinya pada bentuk-bentuk fisik (tubuh), bahasa dan budayanya, akan tetapi juga terefleksasikan dalam pola kepenganutan agama, idiologi, politik atau paham. Sejauh menyangkut agama islam dan umatnya berinteraksi dengan agama-agama dan umat lainnya seperti kristen, hindu, budha, kong hu cu, dan lainnya. Didalam lapangan idiologi dan politik, islam dan umatnya berinteraksi dengan para penganut ideologi-ideologi dan politik lain seperti kapitalisme, sosialisme, dan komunisme.

Pluralisme juga tercermin dalam tubuh umat islam sendiri, ada aliran sunni, syi’ah, ahmadiyah, dll. Sejauah menyangkut situasi di Indonesia terdapat berbagai komunitas muslim seperti komunitas Nahdatul Ulama (NU), komunitas Muhammadiyah, komunitas alwashliyah, dll. Bagaimanakah sebaiknya pola dan kebijakan dakwah di tengah-tengah pluralitas masyarakat seperti ini, baik dakwah itu ditunjukkan ke dalam tubuh umat islam sendiri ataupun ditunjukkan kepada kelompok-kelompok non-muslim?

Islam dan Etika Dakwah

Secara umum, setiap aktivitas dakwah (baik itu ditunjukkan kepada umat islam islam sendiri atau ditujukan kepada umat non-muslim) haruslah berpegang teguh kepada etika dan prinsip dakwah. Sebagaimana yang telah digariskan Allah dalam firmannya Q.S. Ali Imran ayat 159 : “serulah manusia kejalan tuhanmu dengan cara bijaksana dan pelajaran serta bantahlah mereka dengan cara yang baik pula”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun