Sebelum gugur, W. R. Soepratman meninggalkan pesan terkahir yang bisa dilihat oleh pengunjung di tembok makam dan museum. Di museum, pesan terakhir W. R. Soepratman dikemas dalam bentuk narasi dan rekaman suara yang  membuat pengunjung merasa dihadapkan langsung dengan Soepratman yang tidak berdaya. "Terharu banget waktu dengar suara W. R. Soepratman yang gemetar, sesak rasanya. Kita seperti dibawa kembali ke masa yang dirasakan W. R. Soepratman kala itu. Terbayang sedikit bagaimana sesaknya para pahlawan dikepung dari banyak sisi oleh penjajah," Ucap Rani, salah satu anggota Kelompok Tiga.
Banyak dari mahasiswa yang tidak menyangka bahwa sebuah bakat pemusik bisa menyumbangkan jasa yang besar untuk Indonesia. Dari W. R. Soepratman, pengunjung menjadi tahu bahwa jiwa patriotisme beliau untuk Indonesia sangatlah besar. Beliau menciptakan banyak lagu untuk membakar semangat rakyat Indonesia, padahal dari lagu-lagu tersebut membuat hidupnya tidak lepas dari pengawasan Pemerintah Belanda. Para pengunjung juga bisa meneladani sikap nasionalis beliau sebagai kaum muda Indonesia yang aktif dalam memperjuangkan bangsa dan tidak pernah menyerah hanya karena bakatnya bermain alat musik. Keyakinan beliau yang mendalam akan musik mengalahkan keraguannya tentang 'bisakah musik berkontribusi dalam kemerdekaan tanah airnya, Indonesia'.
Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap nilai sejarah pahlawan nasional Indonesia, tetapi juga untuk meneladani nilai patriotisme dan nasionalisme yang pernah dilakukan oleh W. R. Soepratman untuk diaplikasikan di zaman yang sudah modern. Dengan kegiatan napak tilas ini, diharapkan dapat menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia bahwa masih banyak sejarah Indonesia yang perlu dijaga kelestariannya agar tidak mengalami kelunturan akibat lonjakan digitalisasi. Sudah saatnya generasi muda tidak hanya mengenang, tetapi juga meneruskan semangat para pahlawan dalam bentuk yang relevan di masa kini.
Ditulis oleh Kelompok 3 Mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya,Â
Mata Kuliah: Pendidikan Patriotisme
Dosen pengampu: Dia Puspita Sari, S.Sosio., M.Si.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI