Mohon tunggu...
Renal Wijaya Kusuma
Renal Wijaya Kusuma Mohon Tunggu... Jurnalis - Author and connoisseur of literature

A fictional reader, who doesn't like to socialize, and lives in crowds. Not as complicated as imagined.

Selanjutnya

Tutup

Politik

J G. Oping, Isu, Hoaks dan Politik yang Mengkhawatirkan

22 Februari 2020   02:14 Diperbarui: 22 Februari 2020   02:20 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manado. Jika melihat kembali sejarah politik bangsa ini, kita akan melihat kembali upaya-upaya besar pergerakan dan perjuangan para mahasiswa dalam melawan ketidakwarasan yang terjadi. Mahasiswa adalah elemen penting dalam sebuah sistem politik yang berjalan. Jika mahasiswa bersikap apatis, maka kekuasaan politik akan cenderung mengkhawatirkan. 

Politik lalu adalah politik identitas. Isu-isu agama dan ras menjadi dagangan strategi politik oposisi untuk menarik suara. Politik identitas seperti ini pernah dimainkan oleh Trump untuk mengalahkan lawannya saat itu, Hilary Clinton dalam pemilihan presiden Amerika tahun 2016. 

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat kabar bohong (hoaks) politik mendominasi dengan jumlah 549 temuan dari 1.610 temuan hoaks selama periode Agustus 2018-23 April 2019. Maret 2019 menjadi puncak tertinggi peredaran hoaks, yakni mencapai 453 isu hoaks.

Kategori hoaks lainnya yang menjadi temuan Kominfo adalah kesehatan 199 isu, pemerintahan 199 isu, dan fitnah 159 isu. Selain itu, isu kejahatan mencapai 105, agama 92 isu, dan bencana alam 88 isu. Seperti yang dikutip dari databoks. 

J G. Oping, mahasiswa semester akhir di universitas Negeri Manado, jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, merasa bahwa kedewasaan berpolitik perlu disadari oleh para elite politik. Menanggapi isu-isu politik pemilu kemarin, menurutnya itu merupakan hal yg menciderai kehidupan demokrasi yang diperjuangkan waktu tahun 1998 itu sendiri.

"Kalo pandangan kawan-kawan mahasiswa di sini sih, ada yg memang apatis, namun ada juga yg mengecam hal-hal tersebut." Ungkapnya. Dilansir Kompasiana.

Mahasisawa angkatan 2015 ini, memiliki karier yang baik sebagai mahasiswa, ia pernah menjabat sebagai ketua DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) Fakultas Ilmu Sosial, tahun 2018/2019, dan juga saat ini berkontribusi sebagai anggota di DPM Universitas Negeri Manado.

Lelaki yang memiliki hobi mendaki ini, dan mengidolakan Soe Hok Gie dalam perjuangan dan pemikiran, merasa bahwa masih banyak mahasiswa yang tidak mengenal Gie. 

"Jujur memang kalo mendaki itu sebagai hobi saja ya, kalo tentang Soe Hok Gie saya lebih suka tentang cerita perjuangannya juga sosok yg mempertahankan idealisme nya." Katanya. Ia juga menambahakan, agar elite-elite politik lebih bersungguh-sungguh memperjuangkan hak-hak rakyat, juga dewasa dan bertanggung jawab dalam berpolitik.

Secara garis besar, elite-elite politik lebih banyak menunjukan hal-hal negatif di media, tanpa disadari itu akan berdampak buruk terhadap Elektabilitas elite politik itu sendiri.

Isu-isu politik semacam identitas, meskipun itu sah-sah saja dalam dunia politik. Tapi sebagai orang yang berakal dan terdidik agaknya itu merupakan sebuah penurunan berpolitik. 

Mahasiswa kelahiran juni 1998 ini, tengah sibuk dengan dunia perkuliahan nya. Saat ditanya apa fokusnya kedepan, ia menjawab ingin menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa.

"Penyelesaian studi sih" Ujarnya. Manado, 22 Februari 2020. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun