Mohon tunggu...
Religius Perdana
Religius Perdana Mohon Tunggu... DEVELOPER PROPERTI -

Karena produktifitas tidak hanya dilihat dari kuantitas, tapi juga kualitas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Miris! Tak Mampu Bayar, Mayat Bayi Dibawa dalam Tas

16 April 2017   21:54 Diperbarui: 17 April 2017   22:03 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.regional.kompas.com

Nampaknya kali ini berbeda dari biasanya. Ya, karena bertepatan dengan hari raya. Maka sebelum memulai artikel ini, saya ingin mengucapkan Selamat Paskah untuk pembaca yang merayakan. Bagi yang tidak merayakan, mari kita saling menghormati saja. Biar tercipta harmoni diantara kita, Bhinneka Tunggal Ika, bukan?

Kemarin muncul berita dari Bengkulu mengenai orang tua yang nekat membawa mayat bayinya sendiri dengan bus dan dimasukkan dalam tas. Ini terjadi karena ketidaksanggupan untuk membayar patokan biaya ambulan sebesar 3,2 juta rupiah. Tidak dapat ditawar, katanya. Buset!

Rumah sakit rasa hotel, saya rasa. Bukan dari segi pelayanan, tapi dari segi harga. Menggunakan jasa ambulan dengan harga sebesar itu, jelas lebih baik menggunakan bus yang tarifnya dibawah 100 ribu rupiah. Itu dalam keadaan normal loh ya. Tapi bagaimana jika sedang membawa orang sakit atau membawa mayat?

Peristiwa ini berhasil membuat saya garuk-garuk kepala. Perlu diketahui, jalan antara kota Bengkulu-Kaur itu luar biasa! Lubang di jalan tak terhitung dan belokan-belokan tajam yang sukses membuat perut diobrak-abrik, masih belum bisa terbayangkan bagaimana rasanya membawa mayat bayi sendiri di pangkuan selama 5 jam seperti itu.

Miris memang. Ambulan merupakan salah satu bentuk pelayanan bagi warga. Baik dari maupun menuju rumah sakit. Mengapa harus saklek harganya? Untuk bahan bakar? Untuk upah pengemudi? Untuk perawatan kendaraan? Ah nyawa manusia jauh lebih berharga, Pak!

Tragisnya, ini bukan kejadian yang pertama kalinya. Tidak perlu jauh-jauh, di awal tahun ini saja kisah memilukan muncul dari Tasikmalaya. Seorang gadis meninggal dunia diatas mobil pick up karena tidak mendapatkan jasa ambulan. Usut punya usut, ternyata ambulan yang ada digunakan untuk kegiatan pusling pembinaan Lansia Deabet dan kegiatan penyuluhan. Alamak!

Hal-hal seperti ini saya rasa tidak perlu terulang kembali. Untuk para partai dan kalian yang ramai-ramai berebut kursi di pemerintahan, coba pikirkan sejenak masalah ini. Daripada jor-joran memberikan bantuan langsung yang ujung-ujungnya dikorupsi, bukankah lebih baik memberikan bantuan yang lebih tepat sasaran? Bantuan ambulan, contohnya. Berikan layanan gratis untuk itu. 

Ratusan juta hingga beberapa milyar rupiah mungkin hanya sekian persen dari anggaran kampanye kalian. Toh yang menggunakan jasa ambulan ini mereka yang benar-benar membutuhkan kok. Apa ada yang panggil ambulan untuk pergi ke bioskop demi menonton Si Cantik dan Si Buruk Rupa? Atau adakah yang menggunakan ambulan untuk sekedar order mie ayam ekstra pedas di waktu hujan? Ayolah.

Tentunya kita tidak ingin memukul rata kinerja rumah sakit di seluruh Indonesia karena peristiwa ini. Di kota besar mungkin tidak banyak kejadian seperti ini. Apalagi dengan munggunakan BPJS. Saya tidak bicara oknum ya. Tapi yang perlu diperhatikan adalah daerah-daerah non-perkotaan, terutama di luar Jawa. Tidak dapat ditampik jika pembangunan memang masih belum merata. Radius antar rumah sakit yang masih jauh, membuat pelayanan jelas kurang optimal. Rasanya kurang etis jika pasien harus menempuh jarak berjam-jam untuk menuju rumah sakit. Ditambah lagi waktu untuk dijemput ambulan yang membuat waktunya bertambah menjadi dua kali lipat. Tanpa bermaksud melangkahi, bukankah ini mempertipis harapan hidup pasien?

Berbicara mengenai kesehatan tentu tidak bisa lepas dari program BPJS. Tidak sedikit keluhan mengenai program ini. Mulai dari fasilitas, range biayanya, hingga obat-obatan yang dilayani program ini tergolong kelas dua. Ah, mungkin berikutnya akan saya utak-atik lebih lanjut mengenai BPJS. Maka dari itu, harus tetap sehat, tetap semangat, supaya kita bisa jalan-jalan dan makan-makan. Pokoknya maknyuuusss! Loh, kok malah jadi ngawur. Sudahlah. Salam!

Oleh: Religius Perdana Purba

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun