Mohon tunggu...
Reis Rivaldo R
Reis Rivaldo R Mohon Tunggu... Freelancer - MIND SHAPES YOU AND WORDS REPRESENT YOU

Mhs. Hubungan Internasional ak. 2017. Membuka diri untuk menerima kritik, masukan, dan arahan dari teman-teman pegiat literasi, akademisi, aktivis, kaum rebahan, personil militer aktif, seniman, influencer, dan pemangku kebijakan. Berniat untuk berbagi ilmu dan bertukar pikiran ? @reisaldo.r

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi Covid-19 Lahirkan Kaum Marginal Baru di Tahun 2022

6 Januari 2022   08:01 Diperbarui: 6 Januari 2022   08:07 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : https://www.irishtimes.com/

Marginal dalam KBBi ialah berada di pinggir-tidak terlalu menguntungkan. Jika berdasarkan pengalaman Penulis, kata ini biasa digunakan untuk menyebut kelompok masyarakat tertentu yang dalam kehidupan sosial mendapat perlakuan tidak menguntungkan atau mereka kerap merasa dirugikan, tidak nyaman, dan mengalami hambatan-hambatan. 

Karenanya, tidak jarang masyarakat modern Indonesia setidaknya mengetahui kata marjinal dari berita media atau tayangan digital yang memperlihatkan sekelompok orang mengalami hari yang berat mendapat perlakuan tidak setara dengan orang-orang non marjinal. 

Menjadi marjinal sebenarnya bukan pilihan atau kehendak pribadi, itu terjadi karena sistem sosial-politik yang berjalan di suatu tatanan kehidupan. Selanjutnya, sistem tersebut ternyata sangat berlawanan dengan kondisi orang-orang marjinal. 

Misalnya, para imigran yang datang ke suatu negara baru di mana mereka sejatinya ingin mencari tempat berlindung. Ingat, mereka ingin mencari "tempat berlindung", tapi karena tempat baru mereka sangat berbeda dengan keadaan mereka-diri mereka terlihat asing, maka tidak menutup kemungkinan para imigran tadi akan mendapati dirinya termarjinalkan olah warga lokal karena rupa fisik mereka yang terlihat asing serta keadaannya yang begitu berlawanan dengan kondisi di negara tersebut.

Dalam perjalanannya, ternyata Pandemi berpotensi besar melahirkan kaum marginal baru abad 21. Siapakah mereka? Jika memakai logika dengan kasus penulis sebut di atas, nampaknya saudara sudah bisa menebak walau samar-samar.

Ya, mereka adalah orang-orang yang memilih untuk tidak ikut program vaksinasi, jarang bahkan sudah enggan menggunakan masker, serta tetap teguh keyakinannya terkait segala hal yang mengamini covid-19.

Mereka menjadi kaum Marjinal baru. Karena mereka tidak bisa bepergian dengan mudah, dipersulit dalam regulasi dan administrasi, bahkan untuk menghibur diri menonton bioskop pun mereka tidak bisa memiliki kenyaman tersebut. 

Sistem sosial dengan terprogram menjadikan mereka orang-orang pinggiran. Mereka yang kini termarjinalkan sama sekali tidak ingin menjadi golongan orang marjinal, tetapi mau tidak mau, sistem sudah menjadikan mereka apa adanya sekarang. 

Hari demi hari mereka lalui dengan aturan yang tidak berpihak. Walau jarum suntik vaksin tidak menusuk kulit mereka, justru ini seakan setiap regulasi yang mewajibkan vaksin menusuk keyakinan para kaum marginal. 

Tusuk dan terus menusuk lebih dalam agar cangkang keyakinan dalam hati mereka pecah sehingga pada akhirnya membuat mereka memilih untuk vaksin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun