Mohon tunggu...
Michael Timothy
Michael Timothy Mohon Tunggu... Akuntan - Writer, worker, reader, accountant

Writer, worker, reader, accountant

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

[Opini] Kenapa Ibu Kota Tidak Perlu Pindah?

1 September 2019   20:37 Diperbarui: 2 September 2019   08:07 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

ALASAN IBUKOTA PERLU PINDAH:

1.Pulau Jawa terlalu padat mengingat 56% populasi Indonesia berada di Pulau Jawa
2.Konsentrasi ekonomi sebesar 58% dari PDB Indonesia ada di Pulau Jawa
3.Krisis Air di Pulau Jawa
4.Penggunaan Lahan/Tanah di Pulau Jawa sudah 46-44% dari lahan tersedia di Pulau Jawa

ALASAN IBUKOTA TIDAK PERLU PINDAH:
1.Kepadatan pulau Jawa dan Jakarta tidak separah negara lain
2.Pemerataan atau inklusi ekonomi bisa dilakukan dengan cara lain
3.Krisis air bisa diatasi dengan mencari alternatif sumber air baru
4.Pemakaian tanah di pulau Jawa atau Jakarta masih dalam taraf normal jika dibandingkan dengan negara lain.

PENDANAAN:

Pembangunan ibukota baru disebut memerlukan dana kurang lebih hampir 500 triliun Rupiah. Yang mana pembiayaannya adalah 20% berasal dari APBN, namun bukan dari Penerimaan Pajak, tapi lewat Penerimaan Negara Bukan Pajak (seperti laba BUMN, dll). Sisanya akan didanai lewat hutang negara, 'tukar guling aset', dll. APBN 2019 sendiri masih defisit 296 triliun rupiah, sehingga perlu tambahan hutang (baik hutang domestik atau luar negeri). Dari total 2.165 triliun penerimaan di APBN, 379 triliun rupiah berasal dari penerimaan bukan pajak.

Jika dihitung, maka ibukota baru perlu dana sekitar 100 triliun dari APBN. Namun mengingat penerimaan non pajak di APBN hanya 379 triliun, apakah cukup untuk membiayai 100 triliun? Apalagi APBN 2019 sendiri masih defisit. Tambahan, mengingat 500 triliun rupiah biaya pembangunan baru merupakan kisaran, bisa jadi biayanya membesar.

Pemerintah pusat sendiri memiliki aset senilai hampir 1.123 triliun rupiah di Jakarta, yang mana kebanyakan aset tersebut berwujud tanah dan bangunan sebanyak 17.834 unit. Di mana kebanyakan tanah berada di Jakarta Timur, sementara aset bangunan mayoritas di Jakarta Pusat. Aset senilai 300 triliun sendiri berada di lokasi strategis di Central Business District. Mengingat aset ini tidak akan dijual, tapi akan disewakan (leasing) ke pihak ketiga atau pemerintah daerah DKI Jakarta. Jadi jika aset-aset ini disewakan, tidak menutup kemungkinan akan ada tambahan dana segar untuk ibukota baru.

KEPADATAN PENDUDUK DKI JAKARTA & JAWA:

Jakarta memang sudah padat, estimasi kepadatan per km adalah 14.464/km, sementara di Pulau Jawa adalah 1.121/km. Namun jika dibandingkan dengan negara lain, nampaknya Jakarta tidak sepadat yang kita kira. Kota Macau di China sendiri memiliki kepadatan 21.224, tapi ternyata kota Manila di Filipina memiliki kepadatan 41.515 orang per km, yang mana jauh lebih pada dari Jakarta (hampir 3x lebih padat dari Jakarta).

Jadi kalau bicara kepadatan, nampaknya tidak padat sekali, hanya kurang tertata sehingga nampak padat. Populasi Jakarta adalah sekitar 10 juta orang, sementara negara tetangga Singapore adalah kurang lebih 6 juta orang.

Negara     Populasi    Kepadatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun