Mohon tunggu...
REGORIUS YOSMINDA
REGORIUS YOSMINDA Mohon Tunggu... Petani - Penulis

Membaca dan Menulis Untuk Keabadian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Agustus yang Merdeka

5 Agustus 2023   08:12 Diperbarui: 5 Agustus 2023   08:14 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bolehkah aku meminta nomor Whatsapp kamu?" Tanya Alvi sembari mengeluarkan gawai dari dalam tas kecil yang dijinjingnya.

"Boleh dong." Jawabku singkat.

"Silahkan kamu baca nomornya." Printah Alvi pelan-pelan.

"Siap laksanakan Awi (panggilan kesayanganku untuk Alvi)." Jawabku segera.

"0813-9371-4561." Aku melanjutkan pembicaraan.

"Terima kasih banyak. Nanti aku kontak kamu segera." Timpal Alvi sembari memasukkan kembali gawai ke dalam tas yang terus dijinjingnya.


"Okeyyyy." Jawabku singkat.

Seusai bertukar nomor kontak, aku dan Alvi langsung bergegas pergi menuju rumah masing-masing. Sesampainnya di rumah, aku menunjukkan tanda-tanda awal sakit jiwa. Baju kemeja yang mau dilepaskan tiba-tiba kancingnya direkatkan kembali, tali sepatu yang sudah dibuka tiba-tiba diikat kembali, ingin ke kamar tidur tiba-tiba sudah di kamar mandi dan tanda-tanda sakit jiwa yang lain. Setelah berjumpa dengan Alvi di persimpangan jalan, hal-hal aneh langsung terjadi padaku dengan begitu cepat.

Melihat tingkahku yang aneh itu, ibu tersenyum di ruang tamu rumahku. Dia (ibu) tersenyum melihat tingkah anaknya yang mulai peka dunia asmara. Dia juga tersenyum melihat anak lelakinya yang tidak sabaran mendengar kabar dari seorang perempuan cantik yang baru saja berjumpa dengannya di persimpangan jalan.

Ketika senja sudah pergi ke peraduan, malam mulai melebarkan sayap-sayapnya dan matahari mulai di ganti dengan lampu-lampu, aku bergegas pergi ke dalam kamar tidur. Di dalam kamar tidur, aku berbaring santai sembari menantikan kabar dari Alvi-seorang perempuan cantik yang selalu hangat dan rendah hati. Hingga jam menyentuh jantung malam, kabar dari Alvi tidak kunjung tiba di gawaiku. Malam itu aku tidur dengan berbeban rindu dan sedikit cita-cita.

Momen perjumpaan yang terjadi di awal agustus membuat aku merasa bahagia sekali. Memang, momen perjumpaan itu terlalu singkat bagi aku yang rentan rindu. Tetapi, melihat paras Alvi yang bening, melihat sebaris senyum dipipihnya yang tulus dan ikhlas serta mendengar suaranya yang agak parau menjadikan momen perjumpaan kali ini benar-benar teduh dan menyenangkan hati. Momen perjumpaan dengan Alvi sungguh-sungguh bertenaga dan bikin rindu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun