Mohon tunggu...
Regita cahyanisuhandi
Regita cahyanisuhandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki minat tinggi dibidang pengetahuan dan ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sari Rasa Bakery

22 Januari 2024   23:37 Diperbarui: 23 Januari 2024   01:20 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bab 1: Siapa, Dimana, Masalah


(Adegan 1: Terlihat Bandung, kota yang menari dengan cahaya gemerlap di malam hari. Di tengah kilauan lampu, terdapat sepotong hati yang terluka, milik seorang pemilik toko kecil, Rani, yang menghadapi pertanyaan dalam senyum bulan.)

Rani: (dalam monolog) Bandung, kota berlian yang tak pernah padam, mengapa toko Sari Rasa Bakery-ku terbenam dalam bayang-bayang? Bisnis ini adalah sepotong kisah yang tertulis dalam debu masa lalu, bisakah kita menciptakan cerita baru di bawah bintang malam yang bersinar terang?

(Adegan 2: Rani, seorang pebisnis yang menghadapi kegusaran hati, duduk di teras toko, menatap bengkang roti yang meredup. Aji, sahabat lama yang mengalir bagai sungai kesabaran, datang untuk menemaninya.)

Aji: (dalam kehangatan) Rani, apa yang telah terjadi pada toko kecilmu? Dulu Sari Rasa Bakery adalah matahari yang bersinar di tengah hujan, apa yang membuatmu menjadi rembulan yang terlupakan?

Rani: (menggeleng) Zaman telah mengalir, Aji. Orang lebih suka berbelanja dengan jarinya daripada memegang roti di tangan mereka.

(Adegan 3: Rani membuka hatinya pada Aji, menceritakan beban bisnis yang menggelayuti pikirannya.)

Aji: (dalam kebijaksanaan) Rani, dalam kehidupan, kita harus berselancar dengan gelombang perubahan. Mungkin saatnya menggenggam ponsel dan membawa keindahan Sari Rasa Bakery ke dunia maya.

Bab 2: Konflik

(Adegan 1: Rani memutuskan untuk mencari terang di tengah arus perubahan. Namun, perjuangannya melawan ombak bisnis online penuh dengan tantangan, seperti pesaing sengit dan susahnya mendongkrak popularitas.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun