Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Anak Muda dan Air yang Mengalir

11 Juni 2022   22:42 Diperbarui: 11 Juni 2022   23:17 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Anak Muda sedang duduk di pinggir sungai (Pict. pexels.com)

Pada suatu hari yang terik, seorang anak muda berjalan dengan lunglai menyusuri jalanan kota yang panas. Ia memikul sebuah tas lusuh berwarna hitam di punggungnya sementara di tangannya ada segepok map berisi surat - surat. Ia tampak kelelahan dan wajahnya menunjukkan kesedihan.

            Ketika ia sampai di sebuah jembatan di pinggir kota itu. Ia berhenti sejenak. Ia melihat air jernih mengalir dengan sangat deras. Hal itu membuatnya tak ingin pulang ke rumah. Ia memutuskan turun ke pinggir sungai dan duduk di bawah sebuah pohon yang rindang.

             "Aku lelah hidup seperti ini. Dunia terlalu keras bagiku. Aku tidak kuat lagi. Aku ingin mengalir saja seperti engkau. Bolehkah aku mengalir bersamamu menuju ke lautan?"  Keluh anak muda itu kepada air yang sedang mengalir.

             "Boleh anak muda, tapi lautan bukan tempat terbaik untukmu. Di sana terlalu banyak gelombang, airnya asin dan banyak ancaman dari makhluk lain. Hanya sedikit manusia yang mampu menaklukkan kerasnya lautan. Engkau hanya akan menemukan masalah lain yang lebih besar." Jawab Air

            "Tapi kata orang mengalirlah seperti air hingga kau tiba di tujuanmu". Kata anak muda itu menyela.

            "Terlalu naif jika kau mengikuti nasihat itu anak muda, sebab hidup tak sekadar mengalir seperti air tetapi terkadang kita harus berjuang melawan arus air ketika kita menemukan sesuatu yang lebih baik". Air mencoba menasehati.

            "Bagaimana aku tahu mana yang lebih baik untukku? Semuanya terlihat sama saja". Tanya anak muda itu.

            "Kenalilah dirimu. Itulah hal pertama yang harus kau lakukan. Tanyakan pada dirimu. Siapakah Aku? Di dunia ini kita ditakdirkan untuk menjadi diri kita sendiri. Aku air, aku punya takdirku sendiri yakni memberi kehidupan, kesegaran dan kesejukan bagi semua makhluk di dunia. Aku tak hanya mengalir. Terkadang aku diam di tengah danau. Terkadang pula aku melebur bersama udara. Tinggal di awan -- awan. Menjadi hujan, juga masuk ke dalam tubuhmu menjadi darah". Jawab Air sembari menjelaskan tentang jati dirinya.

            Anak muda itu lama merenung. Ia lalu mengambil sedikit air dalam genggamannya. Air itu sangat sejuk. Kemudian ia mencicipi seteguk dan betapa segar air masuk ke dalam tubuhnya.

            "Apakah dengan begitu aku bisa mengenal diriku?" Tanya anak muda itu lagi.

            "Untuk mengenal diri sendiri bukanlah hal yang mudah. Namun dengan begitu kau bisa mulai mencari jati dirimu. Aku, seumur hidupku kulakukan untuk mengenal diriku sendiri. Apa kelemahan dan kekuatanku? Aku bisa selembut embun yang menyentuh dedaunan saat pagi dan aku bisa segarang banjir bandang yang membinasakan apa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun