Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tais Belu: Simbol Identitas, Tempat dan Pangkat

2 Oktober 2021   13:51 Diperbarui: 2 Oktober 2021   13:54 2025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tais Belu (Dok. Pribadi)

Motif -- motif ini menunjukan stratifikasi sosial, penerimaan agama kristen dan kepercayaan asli masyarakat Desa Faturika. Karena itu motif -- motif ini menjadi kekhasan dari suku tetun yang tinggal di Desa Faturika. 

Oleh karena tais adalah simbol identitas, tempat dan pangkat atau kedudukan sosial seseorang di masyarakat. Tais Belu dibuat dengan teknik atau cara yang tidak mudah. Umumnya dikenal tiga cara membuat sebuah tais yakni futus (ikat), fafoit (songket) dan sui (sulam). 

Futus adalah teknik memberi motif pada kain dengan cara mengikat benang menjadi pola tertentu sebelum benang tersebut dicelupkan pada pewarna dan ditenun. Sedangkan fafoit adalah teknik memberi motif pada kain pada saat kain ditenun dengan cara menambahkan benang dengan warna tertentu untuk membentuk pola yang diinginkan. Yang terakhir sui adalah teknik memberi motif pada saat kain yang  ditenun dengan cara menyulam benang menggunakan alat bantu berupa lidi atau bambu yang dipipihkan untuk membentuk pola tertentu pada kain.

Biasanya orang dengan kedudukan sosial tinggi di Belu memiliki tais --tais dengan motif -- motif tertentu yang ditenun menggunakan teknik futus saja atau bisa juga menggunakan ketiga teknik tersebut secara bersamaan. Sebagai contoh motif eduk di Desa Faturika. 

Motif ini dianggap sebagai motif raja atau yang merepresentasikan sosok raja. Raja tidak lain merupakan sosok yang dianggap sebagai citra dari yang Kuasa, memiliki kekuatan supranatural melebihi yang lain, berani, gagah dan pandai serta berkemampuan untuk menaklukkan musuh. 

Karena itu kain dengan motif ini dibuat dengan tiga teknik sekaligus dan hanya digunakan oleh raja atau orang -- orang yang memiliki garis keturunan bangsawan di daerah Faturika dan sekitarnya. Sedangkan rakyat biasa, umumnya membuat kain yang sederhana dan cenderung tanpa motif atau sering disebut tais sorulos.

Namun dalam perkembangannya, motif tais terus mengalami perubahan dan penggunaan lambang atau unsur spiritual mulai bergeser. Pengaruh ekonomi jauh lebih kuat dalam produksi selembar tais. Selain itu dewasa ini banyak generasi muda mulai berpikir ke arah yang lebih praktis atau moderen tanpa melihat fungsi dan nilai yang terkandung di dalam sebuah tais. Bagi mereka tais hanyalah sekadar kain yang diwariskan nenek moyang. 

Tais tidak lebih dari sebuah kain yang dijadikan selimut saat malam, atau dijadikan pakaian kebesaran saat acara -- acara adat serta sebagai ungkapan turut berduka saat ada kematian. Padahal fungsi dan nilai sebuah tais lebih dari itu dan memiliki peran yang sangat penting di dalam kehidupan masyarakat Belu.

Beruntung pada tahun 2016 pemerintah kabupaten Belu mulai merevitalisasi tenun dengan menggali motif -- motif lama yang mulai bergeser dan mempromosikan tais belu sampai ke luar negeri. Selain itu, secara rutin Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Belu juga kerap menggelar pelatihan bagi pengrajin di Belu. Terakhir, Januari 2018 lalu melalui  bekerja sama dengan pengurus Dewan Kerajinan Nasional dan Perkumpulan Warna Alami Indonesia (Warlami) telah diadakan pendampingan pelatihan pewarnaan alami di Atambua.

Karena itu upaya pemda dalam rangka membuat Tais Belu terkenal sampai ke mancanegara dan masuk sebagai salah satu Nominator Cinderamata Terpopuler dalam ajang API Award 2021 adalah upaya yang patut diapresiasi. Hal ini selain membuat tais memiliki harga yang semakin tinggi di pasar, pada saat yang sama juga akan mengundang banyak ahli dan peneliti untuk melihat lebih jauh ke dalam terutama fungsi dan nilai sebuah tais di dalam masyarakat. 

Bisa jadi jauh lebih kaya dari apa yang saya sampaikan pada tulisan ini. Sebab tais memiliki kekayaan pikiran, gagasan, kepercayaan serta harapan-harapan yang tersusun indah dalam pola hiasan khas sebagai hasil penghayatan mendalam dari kekuatan alam yang perlu terus dikembangkan dan dipromosikan ke tingkat global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun