Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Banjir Menghanyutkan Sukacita Paskah

5 April 2021   10:18 Diperbarui: 5 April 2021   13:07 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto banjir yang terjadi di beberapa daerah di NTT (dok. warga/istimewa)

Pada tanggal 3 dan 4 April 2021 umat Kristen sejagad merayakan pesta paskah. Bagi umat Kristen, paskah adalah peristiwa yang sangat penting karena di sinilah letak inti ajaran iman mereka. Mereka percaya bahwa Yesus yang disalibkan, wafat dan dikuburkan, pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati. Ia lalu menampakan diri kepada murid - murid-Nya dan menghembuskan damai sejahtera kepada mereka.

Bagi umat Kristen juga merayakan paskah berarti merayakan sukacita sebab Yesus yang wafat telah hidup kembali dan tinggal di antara mereka. Kehadiran Yesus ini tidak saja memberi kekuatan tetapi pada saat yang sama membebaskan mereka dari belenggu dosa dan kuasa kegelapan. Karena itu merayakan paskah tidak sekadar merayakan kebangkitan Yesus dari antara orang mati tetapi sekaligus merayakan pembebasan umat manusia dari dosa dan kematian.

Namun kali ini perayaan sukacita paskah di NTT diwarnai juga dengan dukacita, ketakutan dan kewaspadaan yang tinggi. Sebab hujan, angin kencang dan banjir bandang melanda hampir seluruh kabupaten yang ada.

Di Malaka sejak tanggal 2 April, banjir bandang merendam kurang lebih 23 desa yang ada di sepanjang bantaran kali Benenai. Lalu pada tanggal 4 April, banjir kembali merendam rumah warga dan merusak Jembatan Benanai hingga nyaris ambruk. Saat ini jembatan tersebut dalam keadaan rusak berat dan tampak seperti huruf S.

Di Flores Timur, banjir bandang dan longsor menerjang warga di 3 yakni Kecamatan Adonara Timur, Kecamatan Ile Boleng dan Kecamatan Wotanulumado. Berdasarkan update terbaru dari Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Boli, sebagaimana yang dirilis bintangflobamora.com, banjir telah menelan korban jiwa sebanyak 63 orang, dan 1 lainnya masih dinyatakan hilang. Tak hanya manusia ratusan rumah di sana tertimbun longsor, akses jalan lumpuh total serta akses listrik dan jaringan telepon juga terganggu.

Selain itu kabupaten - kabupaten lain seperti  TTU, TTS, Kupang, Sumba Timur, Sabu Raijua dan Lembata juga dihantui banjir besar dan angin kencang yang mengakibatkan terputusnya akses jalan dan lumpuhnya aktivitas masyarakat termasuk kesempatan merayakan paskah bersama keluarga. Sampai saat ini situasi belum aman sebab masih hujan disertai angin dan potensi adanya banjir susulan yang lebih besar sangat terbuka.

Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah merilis lagi Peringatan Dini Cuaca Nusa Tenggara Timur pada tanggal 5 April 2021, hari ini. Dalam rilis itu BMKG menyampaikan bahwa pada hari ini masih ada potensi hujan sedang sampai lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang. Wilayah - wilayah yang perlu waspada meliputi Pulau Sabu, Sumba,Timor, Flores, Adonara, Alor, Lembata, dan Rote Ndao. Dengan kata lain seluruh wilayah di NTT harus selalu waspada dengan kemungkinan - kemungkinan yang terburuk.

Lalu karena bencana bandang terjadi bertepatan dengan perayaan paskah, tidak sedikit orang yang mengaitkan dua peristiwa ini dalam satu frame, refleksi. Pertanyaan refleksinya adalah mengapa banjir ini harus terjadi pada paskah di tempat yang mayoritas penduduknya beragama Kristen? Tidakkah Tuhan juga ikut bersukacita, ketika umatnya bersukacita merayakan pesta kebangkitan-Nya? Ini malah belum sempat umat Kristen merayakan paskah, banjir telah menghanyutkan semuanya menyisakan tangisan, dukacita dan ketakutan.

Banyak jawaban bertaburan di media sosial yang umumnya menyalahkan perilaku manusia yang kini dinilai tidak lagi selaras dengan alam seperti membuang sampah plastik sembarangan, penebangan hutan secara ilegal tanpa melakukan reboisasi dan lain sebagainya. Namun jawaban yang paling masuk akal justru data yang disampaikan oleh BMKG yakni bahwa paskah kali ini bertepatan dengan adanya La Nina yang menyebabkan curah hujan meningkat secara ekstrem.

La Nina ini akan sangat berdampak kalau di wilayah tertentu tidak memiliki sistem resapan air yang bagus. Sebab biasanya La Nina mengakibatkan hujan yang cukup lama dan bisa membuat suatu daerah jadi tergenang dan banjir. Tidak hanya curah hujan yang lebih tinggi, ombak tinggi juga bisa terjadi hingga 3,5 meter yang sangat membahayakan buat para nelayan tradisional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun