Mohon tunggu...
Budi Lanang Lelana
Budi Lanang Lelana Mohon Tunggu... Wartawan dan Sastrawan

bekerja sebagai wartawan dan juga sebagai penulis khususnya sastra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gua Lawa, Bukti Peradaban Ponorogo di Era Prasejarah

27 September 2025   15:36 Diperbarui: 27 September 2025   15:36 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alat atau tulang sebagian besar dibuat dari tulang binatang besar jenis kerbau hutan (Bovidae) dan rusa (Cervidae), sedangkan binatang lain menjadi minoritas, misalnya monyet ekor panjang (Macaca sp.).

"Padahal primata tersebut selama ini diketahui sebagai 'primadona' binatang buruan oleh manusia penghuni gua pada situs-situs yang se-zaman, misalnya di berbagai situs gua di Gunung Sewu (Brahulu, Song Keplek, Song Terus, Song Gupuh, dsb) yang berada di jajaran Pegunungan Selatan Pulau Jawa," kata Jatmiko.

Berbagai temuan pada situs gua-gua hunian di Gunung Sewu menunjukkan bahwa perburuan binatang kecil dan pembuatan alat-alat serpih (artefak batu) merupakan prioritas utama dalam aspek pengembangan budaya.

"Namun, situasi kontradiktif alias 'penyimpangan' hasil budaya tersebut ternyata ditunjukkan di situs Gua Lawa, yaitu terkait dengan karakter yang menjadi sasaran dalam perburuan adalah jenis binatang-binatang besar," kata Jatmiko.

Dan dalam hal pengembangan budayanya, alat-alat tulang di Gua Lawa menunjukkan jauh lebih dominan dibandingkan dari pembuatan alat serpih batu. Kedua faktor perbedaan ini bisa jadi terkait dengan eksistensi binatang buruan pada saat penghunian gua dan sangat mungkin berkaitan dengan aspek-aspek ekologis.

"Industri alat tulang di Gua Lawa mempunyai suatu ciri khas budaya tersendiri yang tidak dimiliki oleh gua-gua pra-sejarah lainnya," kata Jatmiko.

Sambil menatap Gua Lawa itu penulis kembali membayangkan betapa penghuni Gua Lawa adalah petarung, jantan, pemberani. Mereka tidak "tarung" dengan hewan-hewan kecil sekelas monyet, namun memilih "tarung" dengan hewan-hewan besar untuk pembuatan perkakasnya.

Penghuni Gua Lawa

Penelusuran tentang manusia penghuni Gua Lawa dilakukan oleh Puslit Arkenas. Dicoba dilacak melalui tinggalan budayanya. Perkakas alat tulang seperti spatula/sendok, penusuk, dan lancipan secara periodisasi merupakan hasil budaya yang terkait dengan ras Australomelanesid.

Sementara itu, artefak mata panah dari batu ditafsir oleh tim peneliti Puslit Arkenas tahun 2019 sebagai hasil budaya Neolitik yang terkait dengan ras Mongoloid (Jatmiko dkk, 2019). Artefak mata panah tersebut kemungkinan dibuat oleh manusia yang rangkanya yang telah ditemukan di Gua Lawa pada tahun 2000-an.

Karenanya, kata Jatmiko, tinggalan budaya di situs Gua Lawa mengindikasikan adanya suatu proses hunian berkesinambungan yang dilakukan oleh kelompok manusia ras Australomelanesid dan kemudian dilanjutkan oleh manusia ras Mongoloid yang berlangsung antara 10.000 -- 3.000 tahun lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun