Solid State Drive (SSD) telah menjadi pilihan utama dalam penyimpanan data modern, menggantikan hard disk konvensional karena kecepatan baca-tulis yang jauh lebih cepat dan keandalan yang lebih tinggi. Namun, tidak semua SSD diciptakan sama. Dua jenis SSD yang umum ditemukan di pasaran adalah SSD SATA dan SSD NVMe. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing, tetapi tentu saja juga menyimpan kelemahan yang perlu dipahami, terutama bagi Anda yang ingin melakukan upgrade perangkat atau bekerja di bidang servis dan pemulihan data.
Tak hanya itu, kita juga akan membahas secara detail komponen dalam flashdisk, salah satu media penyimpanan portable yang sering digunakan dan juga rentan terhadap kerusakan.
1. Kelemahan SSD SATA: Masih Bertumpu pada Arsitektur Lama
SSD SATA merupakan bentuk evolusi dari HDD yang masih menggunakan antarmuka SATA (Serial ATA). Meskipun jauh lebih cepat dibandingkan hard disk konvensional, SSD jenis ini memiliki beberapa batasan:
a. Kecepatan Terbatas oleh Antarmuka SATA
SATA III secara teoritis hanya mampu mentransfer data hingga 6 Gbps atau sekitar 550 MB/s dalam praktiknya. Ini jelas menjadi hambatan besar dibandingkan SSD NVMe yang mampu melesat hingga beberapa ribu MB/s. Bagi pengguna biasa, perbedaan ini mungkin belum terasa. Namun untuk kalangan profesional seperti editor video, animator, atau pengguna workstation, keterbatasan ini sangat membatasi produktivitas.
b. Penampilan dan Build Kurang Menarik
Mayoritas SSD SATA hadir dengan papan PCB berwarna hijau polos yang secara estetika terlihat "biasa saja". Bagi sebagian pengguna yang peduli dengan tampilan build PC transparan (case dengan tempered glass), warna hijau PCB ini dianggap tidak menarik. Tentu ini lebih kepada pertimbangan visual, namun tetap menjadi poin kekurangan terutama untuk segmen gaming dan enthusiast.
c. Mengurangi Efisiensi Slot SATA