Tet, tet, tet...
Bel sekolah berbunyi, tanda waktu istirahat tiba, guru bahasa inggris yang super jutek itu pun pergi meninggalkan kelas ku berbarengan dengan teman teman sekelasku yang sudah tidak sabar untuk menikmati jajanan yang ada di kantin sekolahku. Â
Satu persatu teman sekelasku meninggalkan kelas, ada yang pergi ke kantin, ada yang pergi ke kelas sebelah untuk menghampiri teman, Â pdkt-an atau pacarnya, Â ada yang langsung ke mesjid untuk beribadah sholat dhuha, ada pula yang pergi ke perpustakan untuk belajar. Sedangkan, Â aku lebih tertarik untuk mendengarkan lagu cinta dan duduk manis sambil melupakan apapun yang terjadi di sekitarku dan membiarkan aku untuk merasakan kesendirian ini. Â
Tak begitu lama, ada seseorang siswa yang memang sekelas denganku, berlari dan menutupi. Wajahnya dengan ke dua tangganya. Aku pun melepas earphone yang terpasang di kedua telingaku.
Ku hampiri dia,  ku dengar ia menangis dan begitu terdengar aura kesedihan yang begitu mendalam. AKu mengenalnya sejak SMP,  sifatnya yang kemayu dan sedikit feminim itu membuatku tak jarang melihat dan mendengar ia menangis. Tapi,  kali ini begitu lain,  tangisan ini lebih menyedihkan  dan ada rasa kecewa dan emosi yang begitu mendalam. Aku pun terdiam dan kemudian berpikir untuk meninggalkannya sendiri di dalam kelas. Â
Aku pun pergi menuju kantin sekolahku yang menurutku sangat biasa,  bahkan tidak ada yang menarik untuk  ku makan. Tapi, perut yang mulai berisik ini pun, membawa ku kepada istilah klasik,
Mau tak mau,  suka tidak suka,  aku tetap harus mengisi perut ku dengan makanan yang ada di kantin  sekolahku.
Oh iya... Â
Ampe lupa kenalan... Â Hehhehehe
Namaku shintya Pradisty, kelahiran 1995, usiaku sekarang 14 tahun, dan sekarang aku kelas 1 SMA di salah satu sma fav di bogor.
Aku rasa cukup  sampe disitu dulu  perkenalannya,  karena kalian akan kenalin aku lebih dalam saat kalian membaca kisah ini. Â