Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Salahkah Mengekspresikan Eksepsionalisme?

26 Juli 2020   18:52 Diperbarui: 26 Juli 2020   18:41 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: timetoast.com

Sungguh indah tanah air beta

Tiada bandingnya di dunia

Karya indah Tuhan Maha Kuasa

Bagi bangsa yang memujanya

Jadi, eksepsionalisme bukan cara pandang yang dimonopoli Amerika Serikat semata. Setiap bangsa memiliki kualitas eksepsional masing-masing. Sehingga, setiap bangsa pasti memiliki eksepsionalisme. Tanpanya, sebuah bangsa akan kehilangan bahan bakar yang membuatnya solid dan bersemangat.

Akan tetapi, apakah eksepsionalisme ini boleh dinyatakan? Jawaban penulis adalah boleh. Namun, ada satu syarat yang harus dipahami oleh setiap individu yang melakukannya. Apa syarat tersebut? Jangan rendahkan negara, bangsa, atau ras lain. Kita ini unik, bukan superior.

Kalimat seperti Deutschland uber alles, uber alles in der welt (stanza pertama Deutschlandlied) adalah contoh eksepsionalisme yang kelewatan. Artinya dalam bahasa Indonesia: Jerman di atas segalanya di dunia. Artinya, bangsa, negara, bahkan ras lain dinyatakan lebih rendah secara eksplisit. Ekspresi ini begitu kelewatan sampai pemerintah Jerman melarangnya setelah Perang Dunia Kedua.

Ini berbeda dengan kasus Presiden Trump. Ketika Beliau menyatakan bahwa America is the greatest country in the world, tidak ada pernyataan bahwa pihak lain lebih rendah. Herannya, banyak orang merasa terserang dengan pernyataan ini. Penulis tidak tahu apakah ini disebabkan oleh pernyataan atau si pembuat pernyataannya. Tetapi, kemarahan ini jelas aneh dan politically-motivated.

Sebagai warga negara dan presiden AS, Beliau menyatakan kecintaan terhadap identitas bangsanya. Begitu pula dengan kebanggaan yang tinggi atas apa yang dicapai AS selama 244 tahun merdeka. Apa salahnya? He's proud of his nation and he's not ashamed to admit it.

Seharusnya, eksepsionalisme itu mengalir lintas golongan dan warna politik. Ideologi dan prinsip boleh berbeda. Tetapi, kita harus bersatu padu dalam kecintaan terhadap bangsa tempat kita bernaung. Sayangnya, suasana politik yang semakin divisive merusak aliran ini.

Kelindan inilah yang harus kita bangun kembali. Sehingga, kebangaan terhadap bangsa dan negara masing-masing bisa kembali memantik semangat kita. Khususnya semangat untuk menjaga perdamaian sebagai bagian dari peradaban global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun