Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kisah Dua Perahu yang Dibajak

12 Januari 2020   20:49 Diperbarui: 12 Januari 2020   20:45 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://newrepublic.com/article/127442/explains-trump-sanders-crossover-vote

Salah satu politisi yang memimpin bedol desa ini adalah Bernie Sanders. Beliau kini menjadi salah satu kandidat paling potensial untuk melawan Trump. 

Bahkan, self-proclaimed socialist ini memeroleh rating tertinggi sebesar 20%, membalap nama-nama besar seperti Joe Biden, Elizabeth Warren, dan yang lainnya (Linly dalam theroot.com, 2020). Sebagai kandidat, kebijakan yang diusungnya sungguh berbeda dengan Democratic platform di masa lalu.

Jika disarikan, kebijakan-kebijakan Sanders terpusat pada satu hal; Mengurangi ketimpangan (inequality) dalam semua bidang. Dalam bidang ekonomi, Beliau ingin meningkatkan tarif pajak, menciptakan berbagai pajak baru, menaikkan gaji minimum, meningkatkan regulasi dan belanja pemerintah, serta memperluas welfare programs secara ekstensif. Sehingga, Beliau mengambil pendekatan Robin Hood; helping the poor more by taking more from the rich. 

Selain itu, Beliau ingin melakukan berbagai reformasi sosial. Contohnya adalah pelegalan marijuana, Medicare-for-all, kuliah gratis, dan berbagai program liberalisasi sosial lainnya. 

Dengan upaya ini, diharapkan masyarakat Amerika dapat menjadi lebih inklusif terhadap dinamika sosial yang muncul. Dengan kata lain, akan ada civil rights extension baru jika Beliau terpilih (Golshan dalam vox.com, 2019).

Dibandingkan dengan manifesto Demokrat di masa lalu, Sanders adalah seorang kandidat radikal. Bahkan, Beliau berani menyatakan dirinya sebagai democratic socialist. 

Bayangkan jika Obama menyatakan dirinya begitu? Atau Bill Clinton? Bahkan Jimmy Carter? Bisa-bisa mereka dijungkalkan oleh rakyat Amerika sejak awal. Namun kini situasinya berbeda jauh. Socialism is an populist outcry among progressives.

Mengapa? Sebab pembajakan Trump menimbulkan radikalisasi di antara mereka. Kata "sosialisme" yang dulu dianggap setan kini meraih simpatik massa progresif. Moderasi dan pragmatisme yang dibawa oleh Carter sampai Obama sudah dianggap basi oleh mereka. Kini, mereka merasa sudah waktunya untuk menjadikan partai Demokrat a force for radical change. They're hijacking the soul of their own party for it.

Maka dari itu, jika Sanders berhasil memeroleh tiket partainya, cerita Pemilu AS 2020 akan menjadi sebuah drama kekuasaan yang seru. Sebuah pemilihan di mana dua kandidat populis dengan ideologi yang terpolarisasi bertarung untuk kursi kepresidenan. Trump pasti mengandalkan kartu truf kinerja ekonomi dan kredibilitasnya sebagai social conservative. Sementara, Sanders menggunakan isu masyarakat yang terpecah belah dan timpang sebagai isu untuk melawan Trump.

Jadi, meski Trump dan Sanders sangat berbeda sebagai kandidat, keduanya menggunakan strategi yang sama. Mereka membajak partai yang ada dan mengacak-acak ideologinya. Lantas, ideologi itu diacak-acak memenuhi aspirasi dan kebutuhan konstituen mereka yang anti-establishment. Trump punya the forgotten people, Sanders punya the radicalized progressives. 

Mari kita lihat perkembangan ke depan. Semoga rasionalitas dan common sense menang dalam pemilu kali ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun