Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mandeknya Urusan Sampah DKI Jakarta

1 Agustus 2019   12:13 Diperbarui: 1 Agustus 2019   12:22 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Provinsi Jawa Barat sudah menelurkan program Waste to Gold. Sampah bisa ditukarkan menjadi emas di Pegadaian (nasional.tempo.co, 2019). Diluncurkan di Kabupaten Pangandaran, program ini memberikan insentif yang lebih besar bagi individu untuk mengumpulkan sampah. Sekali dayung, dua pulau terlampaui. Membersihkan sampah sambil berinvestasi. Contoh yang bagus untuk ditiru Pemprov DKI.

Selain meniru contoh daerah lain, Pemprov DKI juga perlu berbenah. Dimulai dari pemimpinnya terlebih dahulu. Mengapa? Masalah sampah ini tidak mampu diatasi karena pemerintahan yang autopilot. Ia seakan berjalan sendiri tanpa arah yang jelas. Persis seperti bridge lagu Gambaran Cinta, "Hanyut bahtera tanpa nahkodanya."

Gubernur Anies memiliki gaya kepemimpinan yang broad-brush dan laissez-faire. Mirip seperti gaya Presiden Ronald Reagan. Jauh berbeda dengan Gubernur Ahok yang otokratik dan decisive seperti Margaret Thatcher. Gaya kepemimpinan Beliau memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Bukan gaya ini yang menjadi sumber masalah. Masalah itu terletak pada ketiadaan visi strategis dalam jangka panjang. Ketiadaan visi ini membuat Pemprov DKI seperti kapal yang berlayar tanpa bintang. Without a star to steer by. Konsekuensinya, Pemprov DKI sebagai institusi hanya berusaha melakukan daily crisis management, bukan daily change-making sebagaimana mestinya.

Menurut hemat penulis, Gubernur Anies Baswedan harus membentuk visi strategis kepemimpinan secara riil. Segera lantik wakil gubernur untuk membantu tugas gubernur yang berat. Segera kembalikan dinamisme birokrasi yang sebelumnya ada. Terakhir, segera lakukan langkah-langkah riil untuk mempercepat penanganan masalah sampah. Sikat habis semua oknum yang menjadi biang masalah.

Kesimpulannya, urusan sampah DKI Jakarta mandek karena pengelolaan sampah yang mandek. Pengelolaan sampah mengalami kemandekan karena realisasi anggaran sampah yang tidak tepat sasaran. Ketidaktepatan itu berasal dari mesin pemerintahan yang tidak beres.  Ia menjadi tidak beres karena kepemimpinan yang tidak punya visi strategis jangka panjang.

Jadi, DKI 1 harus segera berbenah agar tak lagi dihantui masalah sampah.

SUMBER
megapolitan.kompas.com. Diakses pada 31 Juli 2019.
nasional.tempo.co. Diakses pada 31 Juli 2019.

Disclaimer: Tulisan ini sudah terbit di laman Qureta penulis.
Link: qureta.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun