" Ini hidup, wanita si kupu-kupu malam
bekerja bertaruh seluruh jiwa raga
bibir senyum, kata halus merayu memanja
kepada setiap mereka yang datang....."
Masih ingat dengan penggalam lagu di atas? Jika pembaca adalah bagian dari Generasi X ke belakang, Anda pasti ingat penggalan ini. Penggalan ini diambil dari lagu "Kupu-Kupu Malam", yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Titiek Puspa. Lagu ini terkenal sebagai sebuah lagu mellow yang mengutarakan curahan hati seorang wanita tunasusila.
Akhir-akhir ini, lagu ini sering "terputar sendiri" di benak penulis. Mengapa? Dua hari lalu, terjadi penangkapan terhadap artis berinisal VA dan model berinisial AS. Keduanya ditangkap karena terlibat dalam jaringan prostitusi artis. Dengan menjual diri melalui jaringan ini, keduanya bisa mendapat penghasilan puluhan juta sekali kencan.
Tetapi mereka bukan mayoritas dari wanita tunasusila. Kebanyakan dari mereka menjadi pekerja seks komersial karena terpaksa. Terpaksa apa saja? Berikut adalah faktor-faktor yang penulis rangkum dari tulisan Nurmuseriah (dalam lifestyle.okezone.com, 2015):
- Terpaksa untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup.
- Terpaksa untuk memenuhi keinginan dan gaya hidup yang hedonis.
- Terpaksa untuk membayar biaya pendidikan yang tinggi.
Selain itu, kebanyakan PSK juga mengalami pelecehan seksual di masa kecil. Pelecehan ini membuat mereka lebih terpapar terhadap non-consensual sexual conduct pada usia yang belum matang. Sehingga, ketika usia mereka sudah matang, mereka berusaha "bangkit" dari trauma tersebut dengan mengeksploitasi their power to consent.
Gabungkan faktor ini dengan dorongan ekonomi, maka muncul fenomena wanita tunasusila, yang muncul di Indonesia sejak zaman kerajaan Jawa, dan masih eksis sampai kini (viva.co.id, 2017).
Padahal, fenomena ini sangat tidak sesuai dengan nilai Ketuhanan dan kemanusiaan yang dianut oleh bangsa kita. Hubungan seksual hanya boleh terjadi di dalam suatu ikatan pernikahan. Selain itu, menjual diri sama saja merendahkan harkat dan martabat wanita sebagai manusia yang utuh.
Selain itu, fenomena kupu-kupu malam juga memiliki berbagai dampak negatif bagi masyarakat, diantaranya (cinta.organisasi.org, 2012):
- Mengurangi kualitas kehidupan berkeluarga.
- Menebarkan penyakit menular seksual.
- Merusak rumah tangga.
- Mendorong kegiatan kriminal lainnya yang berhubungan dengan dunia malam.
- Merusak generasi muda sebagai penerus bangsa.
- Mendapatkan dosa karena melanggar hukum agama.