Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

BTP, Bukti Terpengaruh Parenting

14 November 2018   19:46 Diperbarui: 14 November 2018   20:26 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi penulis.

Sabtu, 10 November 2018 kemarin adalah hari di mana bangsa kita merayakan Hari Pahlawan. Hal apa yang Anda lakukan untuk merayakannya? Setiap kita pasti memiliki cara perayaan yang berbeda. Penulis sendiri merayakannya dengan menonton sebuah film yang menggambarkan sosok pahlawan meritokrasi Indonesia, yaitu A Man Called Ahok.

Dari film ini, penulis mendapatkan berbagai pengajaran kebangsaan serta nilai-nilai kehidupan, Khususnya tentang hubungan antara ayah dan anak. Ternyata, kepribadian seorang Basuki Tjahaja Purnama (selanjutnya disebut BTP) terbentuk dari hubungan Beliau dengan ayahnya, Tjung Kim Nam alias Indra Tjahaja Purnama.

Sumber: https://chirpstory.com/li/334649
Sumber: https://chirpstory.com/li/334649
Didikan Beliau yang mendorong anaknya untuk bekerja keras, rendah hati, dan berdiri di atas kaki sendiri membentuk kepribadian BTP seperti sekarang. Berkat tangan dingin seorang Tjung Kim Nam, kita dapat menikmati berbagai hasil kepemimpinan Beliau yang tegas, lugas, dan tanpa kompromi. Sehingga, BTP yang sekarang kita kenal adalah hasil parenting ayahnya.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Mari kita tinjau dari definisi parenting. Merriam-webster.com (2018) menyatakan bahwa parenting adalah proses pembesaran anak oleh orangtuanya. Dalam konteks ini, pembesaran tidak berarti pembesaran ukuran tubuh secara fisik. Melainkan, pembesaran diri anak secara mental, intelektual, dan spiritual.

Pembesaran diri anak secara mental (mental/cognitive development) adalah sebuah proses di mana seorang anak dibesarkan dan dikembangkan secara lingkup pengetahuan, strategi intelektual, dan berbagai kemampuan dasar yang dapat diterapkan dalam berbagai lapangan kehidupan (Lao dalam parentingliteracy.com, 2018). Dalam proses ini, anak digembleng untuk menjadi pribadi yang mampu menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.

Dari proses ini, akan muncul pribadi-pribadi yang berdikari, tegar, dan bermental baja dalam menghadapi gelombang liar kehidupan.

Pembesaran diri anak secara intelektual (intellectual development) adalah sebuah proses di mana seorang anak dibesarkan untuk mampu mengorganisasikan pemikiran, ide, dan opini yang membentuk persepsi realitas dari lingkungan sekitar anak tersebut (resources.hwb.wales.gov.uk, 2012). Dalam proses ini, anak dididik untuk menjadi manusia yang intelek, mampu berlogika dan berdialektika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan ini.

Sehingga, akan muncul pribadi-pribadi yang kompetitif, cinta ilmu pengetahuan, serta memiliki kesadaran seorang pembelajar dalam menjalani kehidupannya.

Pembesaran diri anak secara spiritual (spiritual development) adalah sebuah proses di mana orangtua mengembangkan kemampuan anak untuk membangun spiritualitas sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari (timeforchange.org, 2018). Dalam proses ini, anak diarahkan agar menjadi pribadi yang berketuhanan, yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran agama masing-masing.

Hasilnya, akan terbentuk insan-insan yang mencintai TuhanNya dengan segenap hati, jiwa, dan akal budinya, serta mengasihi manusia lain sebagaimana dia mengasihi dirinya sendiri.

Film A Man Called Ahok menunjukkan bahwa BTP dibesarkan dengan sangat baik, ditinjau dari sisi  mental, intelektual, maupun spiritual. Memang, gaya parenting orangtua BTP sangat keras dan tegas, namun akhirnya menghasilkan pribadi yang unggul seperti BTP. Bagaimana pernyataan di atas bisa dibuktikan secara riil? Berikut adalah argumentasi yang memperkuat pernyataan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun