K-Rewards Yang Tinggal Kenangan

Di kolom keterangan, eh di tab bagian atas yang bertuliskan K-rewards ada penjelasan hal ajaib itu sebagai bentuk apresiasi atas seluruh kontribusi kreator konten di Kompasiana yang dihitung dari hasil kunjungan konten kamu berdasarkan validasi Google Analytics (Unique views). Entahlah sebenarnya cara ngitungnya juga bagaimana, tak bisa dipahami detilnya. 

Awal-awal menulis di sini, semangat sekali karena ingin menyalurkan bakat kurang kerjaan menuliskan hal-hal yang seringkali tak penting, sembari senyum-senyum saat banyak yang berkunjung, berkomentar dan makin lebar itu senyum saat dapat bonus K-rewards itulah.

Saking rajinnya (atau malah selonya), sehari bisa menulis dua artikel, bahkan lebih.  Namun ternyata jumlah postingan alias jumlah tulisan ternyata tidaklah menaikkan grafik jumlah pembaca, lagian sebenarnya bukan itu juga tujuan utama menulis di sini.  Utamanya ingin belajar untuk menulis lebih rapi, biar berguna dan ada yang tertarik untuk membacanya.  

Namun, tetap saja saat pertama mendapatkan rewards berupa sejumlah saldo elektronik, mata menjelajah sambil penasaran, melihat-lihat siapa yang berada di peringkat atas dan bisa mendapatkan sampai jutaan rupiah dari hasil tulisannya.

Ternyata oh ternyata, seringkali yang berada di peringkat atas justru sangat jarang sekali menulis di sini.  Tapi memang jumlah views-nya fantastis.  Sepertinya teknik SEO yang dimiliki sang penulis sangatlah fantastis pula, sehingga bisa menjaring pembaca sebanyak dan sedemikian rupa.

Saya yang sama sekali tak mengerti teknik SEO hanyalah bisa memandang iri dengan yang punya kemampuan tersebut.

Untunglah, di luar hal tersebut, nyatanya ada beberapa penulis yang memang berbakat dan setiap tulisannya selalu saya nanti-nanti karena nyaman dibaca dan unik isinya, sebutlah idola saya mb Ika Septi yang tulisannya sangat rock n' roll.  Atau mb Hennie yang rjian berkisah tentang kampung halamannya nun jauh di sana, atau bang Inosensius yang gaya bahasanya asik, atau bang Greg Nafanu yang juga kisah-kisahnya selalu menarik, atau juga puisi-puisi pendek mb Itha dan pak Bambang yang rajin hadir di Kompasiana ini.

Oh tentu saja kawan saya Indah yang rajin berkabar setiap kali dia publish tulisan baru.

Kembali ke judul di atas, yang merupakan topik yang cukup sering diangkat juga di sini, memang rupanya bagi saya mungkin tinggal kenangan saja, karena menulis tak serajin sewaktu awal bergabung di sini-tentunya berimbas ke views setiap bulannya, ditambah sedikit putus asa karena gaya menulis tak berubah segitu-gitu saja.  Palingan akhir-akhir ini menulis fiksi yang alurnya tetap random dan absurd seperti dulu.

Tapi tak mengapa, mungkin sesekali saya masih menengok ke sini, sambil melihat-lihat tulisan para penulis yang saya sukai, sesekali menulis dan berkomentar juga, sembari berusaha untuk (mungkin) menulis lebih bagus lebih runut lagi.  Tanpa memperdulikan views lagi, jadi ya begitulah.