Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengurangi Sifat Maling Dalam Diri Sendiri

27 November 2022   14:15 Diperbarui: 27 November 2022   14:18 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dari trendmicro.com

Dulu apabila ada dinas ke ibukota, bersama rekan sekantor paling senang menginap di Kwitang.  Salah satu alasannya karena dekat dengan tempat jualan buku di kawasan situ, yang sempat menjadi tempat syuting film Ada Apa Dengan Cinta.  Padahal yang dijual di situ tak cuma buku bekas, tapi juga banyak buku bajakan.  Tentu saja beberapa kali turut membeli buku bajakan tersebut, buku terbaru dengan harga murah siapa yang tergoda.

Walau lama kelama-lamaan tak merasa nyaman juga, tapi bukan karena merasa rasa bersalah, tapi memang ada sesuatu yang tidak memuaskan karena biasanya kualitas cetakannya walaupun rapi tapi tetap tak bisa menyamai buku originalnya.  Lama-kelamaan akhirnya memutuskan mending membeli buku bekas jika ingin beli buku dengan harga miring.

Kemudian saat di Jogja, ada beberapa warnet alias warung internet yang juga menyediakan hasil unduhan apapun, dari lagu sampai film-film terbaru.  Saat itu belum ada netflix atau hotstar dan jaringan film apapun selain bioskop.  Jadinya hard disk eksternal adalah kawan baik yang selalu dibawa ke warnet, selain untuk mengkopi hasil referensi untuk bahan tugas akhir juga untuk mengumpulkan koleksi lagu dan film-film terbaru yang tak sempat ditonton di sinema, lebih-lebih saat itu terjadi embargo terhadap film-film Hollywood di Indonesia.

Dulu, sewaktu jaman kuliah juga seringkali melakukan pembajakan kaset secara terang-terangan, maklum harga kaset tak terjangkau oleh uang bulanan, sementara hasrat ingin memberikan lagu untuk pacar tak terbendung.  Jalan satu-satunya adalah beli kaset kosong untuk digunakan sebagai media untuk memindahkan lagu-lagu dari kaset kawan dengan menggunakan tape recorder double deck.

Sewaktu meneruskan kuliah di Surabaya, adalah jaman merebaknya compact disc alias CD bajakan, selain juga tentu saja software bajakan.  Rasanya dua tahun kuliah di sana, untuk Windows XP yang legendaris itu nyaris semua pakai bajakan.  Hanya satu orang kawan yang benar-benar pakai software original, bahkan untuk warnet yang dimilikinya.  Alasan klasik karena harga software mahal, selain itu OS alternatif seperti linux saat itu lebih relatif ribet untuk digunakan.

Lihat saja, rasanya nyaris semua orang pernah mempunyai pengalaman menjadi maling.  Bukankah menggunakan perangkat lunak dan apapun terkait hak cipta tanpa ijin itu adalah sebuah bentuk pencurian.  Mungkin memang susah untuk menghindarinya, lebih-lebih jaman sekarang koneksi internet yang semakin mudah.

Misal kalau dulu mengunduh lewat warnet misalnya, sekarang menikmati film dan serial bajakan bisa cukup lewat berbagai chanel yang tersedia di aplikasi telegram.

Jadinya itu semua adalah pilihan.  Urusan tetap menggunakan software bajakan, misal yang paling sering kantor masih banyak  menggunakan aplikasi bajakan untuk urusan ketik mengetik.  Atau memutuskan menguranginya dengan cara menggunakan aplikasi legal di keseharian.  

Lagian tidak ada yang bakal tahu, kita masih jadi maling atau tidak.  Itu lebih ke soal etika dan rasa malu ke diri sendiri, sih.  Jangan sampai bernada miring terhadap pencurian hak cipta tapi diri sendiri malah mengetik pakai software bajakan, misalnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun