Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cara Berkendaramu Cermin Perilakumu

5 November 2022   07:02 Diperbarui: 6 November 2022   20:30 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa bermotor. (sumber: Tribun Jogja via kompas.com) 

Berada di jalan dengan menggunakan apapun, artinya siap dengan segala kesadaran dan konsekuensinya. 

Semua yang diperlukan melekat dengan apa yang dipakai. Kelengkapan kendaraan yang dipakai harus diperhatikan agar selamat di jalan dan tak membahayakan diri sendiri serta orang lain. 

Selain itu yang sangat penting tentu saja terkait perilaku pengendaranya itu sendiri. Coba perhatikan beberapa hal sederhana yang terkadang diabaikan saat di jalanan.

Perhatian Terhadap Kendaraan

Seringkali kendaraan yang dipakai sehari-hari, baik untuk bekerja, sekolah, kuliah atau apapun, hanya dianggap benda mati yang fungsinya melayani pemiliknya. 

Padahal tentu saja ibarat hubungan dengan pasangan hidup, jika ingin awet tentu harus dijaga dan diperhatikan biar langgeng.

Pernah kan melihat sepeda motor empat tak yang knalpotnya berasap di jalanan. Itu artinya oli yang sangat penting untuk mesin tidak dijaga siklus pergantiannya hingga merusak piston. 

Motor nantinya bisa mogok dan rusak, jadi keluar uang lagi untuk memperbaikinya, tak sebanding dengan mengganti oli yang cukup murah. Selain itu asap yang tak seharusnya hadir di jalanan jadi menambah polusi udara dan mengganggu pengendara lainnya.

Belum lagi kadang ada yang baut plat motornya sampai lepas, duh. Jadi, buat kawula muda, jika ada ketemu orang yang naksir dirimu tapi tidak perhatian dengan kendaraan bermotornya sendiri, mending dipertimbangkan lagi, deh. Sama motor saja malas dan tidak perhatian, apalagi nanti perlakuannya sama dirimu.

Perlakuan Terhadap Sampah

Di jalanan kadang ada saja menemukan pengendara kendaraan bermotor yang kelakuannya kotor. 

Membuang sampah sembarangan, entah makan apa terus bungkusnya dibuang begitu saja di jalan, sungguh menjengkelkan. Mungkin di otaknya jalanan itu tempat sampah umum yang maha luas, jadi seenaknya saja lempar sampah dimana-mana.

Lebih menjengkelkan lagi jika yang buang sampah itu pengemudi mobil, jadinya kan sebuah paradoks. Semiskin apa sih pemilik mobil sampai tak bisa membeli tempat sampah untuk dimobilnya sendiri. 

Mampu beli kendaraan mahal terkadang tidak mampu memperbaiki perilaku jelek. Jangan sampai ya dicap : mobil atau motornya aja bagus, tapi kelakuan jelek.

Dulu saat di Jogja, ada seorang kawan pesepeda yang gemas dengan perilaku seperti ini, jadi pas ada yang iseng buang sampah sembarangan.

Dia balas dengan mengambil sampah yang dibuang, terus menjejeri pengemudi mobil yang tak sadar dengan perilaku buruknya, dia ketuk pintu depan. Saat jendela terbuka, sampahnya dia kembalikan lagi. Kadang hal-hal sederhana seperti itu kudu diingatkan, memang.

Jalanan Bukan Milik Perseorangan

Ini juga yang sering bikin stress di jalanan, ada yang zig zag semau-maunya, main klakson seakan-akan mencet tombol terompet di sebuah konser musik ska, knalpot blong yang berisik, salip kanan kiri semaunya. 

Entah apa yang ada di pikiran orang-orang seperti itu. Jalanan seakan miliknya sendiri.

Mungkin lirik lagu lawas milik Michael Jackson bisa sedikit mengingatkan, .. that you are not alone, I am here with you.. Coba sadar diri sejenak, tarik napas, lihat sekeliling, jalanan itu isinya bukan cuma kendaraanmu. 

Ada banyak pengendara lain yang sama-sama punya hak di jalanan. Tak usah pencet klakson kencang-kencang orang juga tahu kalau pas jam kerja jalanan penuh dan macet. Orang lain juga tak bakal berhenti jika jalanan lancar.

Makanya saat di Jogja, rasanya tenang dan nyaman saat di jalan. Pas di lampu bangjo, begitu sebutan untuk lampu merah di perempatan atau pertigaan.

Orang cuma menyalakan klakson untuk memberi tanda bagi yang lain bahwa lampu sudah ijo, dan saatnya berjalan lagi. Cukup sekali tak perlu berkali-kali, seakan yang lain budeg dan telinganya sendiri yang normal.

Tak Usah Merasa Istimewa Hanya Karena Lebih Besar

foto dari jogja.tribunnews.com
foto dari jogja.tribunnews.com

Sekali lagi, di jalan semua punya hak yang sama atas jalan umum. Tak usah merasa paling hebat hanya gara-gara naik kendaraan yang lebih besar dan bagus. 

Hormati juga pengendara lain, tak perlu merasa istimewa. Makin besar kendaraan, harusnya sadar bahwa space satu kendaraannya di jalan sebenarnya bisa untuk beberapa kendaraan lainnya. Makin besar harusnya bisa makin sadar dan menghargai pengguna jalan lainnya. 

Misal gini, untuk satu mobil yang memenuhi jalan, harusnya bisa untuk beberapa buah motor, bisa untuk beberapa sepeda. 

Sadari hal itu sebelum misuh-misuh di jalan menganggap motor bikin macet misalnya. Coba deh sesekali ngaca kalau berpikiran seperti itu, sebenarnya yang bikin penuh jalan itu apa dan siapa?

Belum lagi karena ukurannya lebih besar lalu merasa lebih hebat. Misal pernah kejadian rombongan motor gede yang karena merasa mendapat pengawalan, lalu semena-mena menerobos lampu merah yang di beberapa perempatan ring road Jogja beberapa waktu silam. 

Saat dihentikan sepasang pengendara sepeda, malah ngamuk-ngamuk. Padahal cuma untuk mengingatkan hak pengguna jalan lainnya saja, kok.

Terburu-buru Buat Apa?

Memang lebih baik mengatur manajemen waktu, agar tiba di tempat tujuan sesuai waktu yang telah ditentukan. Berangkat mepet lalu ngebut di jalan, selain berbahaya untuk diri sendiri tentu saja membahayakan juga bagi orang lain.

Beda halnya dengan pengemudi ambulans yang terburu-buru mengantar pasien yang sedang sekarat ke rumah sakit rujukan. 

Atau mobil pemadam kebakaran yang buru-buru melaju ke tempat kejadian, mereka memang harus diprioritaskan karena sifatnya insidentil. Beri ruang sebentar dan ke pinggir sejenak.

Lagian dunia tak akan berakhir dengan cepat jika berkendara dengan kecepatan yang stabil, sekali lagi mengatur waktu berangkat sepertinya lebih bijak daripada menginjak gas dengan labil.

Perhatikan Asap Kendaraanmu

Terkait dengan poin pertama di atas sebenarnya, di jalanan bagusnya memperhatikan kondisi kendaraan yang digunakan. 

Mobil dengan bahan bakar diesel misalnya, asapnya sangatlah tebal jika tidak terawat, jadi pas di lampu merah mungkin lebih baik menghentikan mesinnya untuk sementara biar tidak meracuni pengendara lain. 

Jikalau lampu merah lama berubah menjadi hijau, akan lebih baik lagi jika semua pengendara mematikan mesinnya sejenak. Empati sama pejalan kaki atau pesepeda sesekali. 

Hal ini pula yang membuat bersepeda di jalanan kota Jogja relatif nyaman, karena barisan paling depan dikhususkan untuk pesepeda, selain bisa cepat melaju pas lampu hijau, mereka juga relatif terbebas dari asap kendaraan bermotor yang mengepul saat sama-sama menunggu di perempatan.

Mungkin begitu saja sekilas berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama di jalan, beberapa hal sederhana yang kadang terlupa dan luput dari ingatan. 

Semoga empati di jalanan bisa semakin ditingkatkan. Sekali lagi ingat, bahwa kita tidaklah sendirian di jalan.  Sesekali belajar untuk lebih sopan itu menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun