Teknologi AI khususnya ChatGPT semakin berkembang. Kemunculan ChatGPT di dunia pendidikan, khususnya pendidikan menengah atas, mengundang banyak pertanyaan. Di satu sisi, ChatGPT bisa membantu pelajar memahami materi, melakukan riset, dan menulis. Namun, di lain sisi, ada kekhawatiran bahwa siswa bisa berpikir secara kritis..
ChatGPT dapat dimanfaatkan dengan bijak. Sebagai contoh, siswa SMA dapat menggunakan ChatGPT untuk menjelaskan materi yang lebih sukar untuk ditegaskan, membantu merangkum, ataupun membantu mencari ide yang kreatif untuk tugas sekolah. ChatGPT juga menjawab pertanyaan dengan cepat, sehingga siswa dapat belajar secara mandiri di luar kelas. Tetapi, ChatGPT juga dapat disalahgunakan yang akan memungkinkan siswa SMA menyalin jawaban tanpa benar-benar memahami materi. Maka dari itu, diperlukan pengawasan guru agar penggunaan ChatGPT tetap dalam koridor yang positif.
ChatGPT memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan, dan ia bukan pengganti guru atau buku pelajaran, melainkan sebuah alat pendukung. Siswa tetap harus belajar secara aktif, berdiskusi, dan melatih keterampilan berpikir kritis. ChatGPT hanya sebuah teman belajar yang dapat membantu menjelaskan suatu konsep atau memberi beberapa ide tambahan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi siswa SMA untuk menggunakan ChatGPT dengan bijaksana. Para guru dan orang tua perlu mengawasi dan memberikan bimbingan juga, agar teknologi ini tidak merugikan tetapi justru bermanfaat bagi proses belajar. Dengan cara ini, ChatGPT dapat menjadi teman belajar yang membantu siswa dalam mengejar pendidikan di era digital.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI