Selama hampir delapan abad, Islam menguasai sebagian besar Spanyol. Untuk kekuasaan Islam di Spanyol pun terdapat beberapa periode tersendiri, baik dalam penguasaan bekas-bekas pengikut Bani Umayyah yang lari dari kejaran Kekhalifahan Abbasiyah, hingga kerajaan-kerajaan kecil terpisah pada akhir berkuasa.Â
Pada awalnya Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oeh Khalifah Umayyah yang berpusat di Damaskus. Kala ktu, stabilitas politik negeri belum tercapai sempurna karena masih banyak beberapa faktor gangguann seperti perselisihan di kalangan para elit akibat perbedaan suku dan golongan, lalu ada dari musuh-musuh Islam yang bertempat tinggal di daerah-daerah pengunungan yang memang tidak pernah loyal kepada pemerintahan Islam. Keamiran Kordoba didirikan dengan Abdurrahman ad-Dakhil sebagai amir pertamanya.
Pada masa pemerintahan Abdurrahman III, kekuasaan memakai gelar Khalifah dikarenakan bermula dari berita bahwa khalifah Abbasiyah, Al-Muqtadir terbunuh oleh pengawalnya sendiri. Hal ini menunjukkan penilaiannya bahwa suasa pemerintahan Abbasiyah saat itu sedang dalam ketidakpastian. Masa keemasan Islam di Spanyol diraih pada masa Abdurrahman III, dimana kesemua gerakan pengacau dan konflik politik  dapat diselesaikannya dengan aman. Beberapa kekuatan Kristen seperti Elvira dan Seville juga dipaksa menenyerah olehnya.Â
Kemajuan Islam di Spanyol didorong oleh keberhasilan politik para pemimpin yang ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah. Sikap toleransi yang tinggi juga ditegakkan oleh para pemimpin terhadap penganut agama lain sehingga mereka ikut andil dan merasakan kemajuan peradaban Islam di Spanyol. Bagi orang-orang Kristen dan Yahudi disediakan hakim khusus untuk menangani masalah berlandaskan ajaran agama mereka masing-masing.
Sebagai pelopor pendidikan peradaban, masyarakat Arab yang berada di Spanyol melakukan usaha transmisi ilmu pengetahuan kuno dan Islam ke Eropa. Banyak sekali penyelenggaraan pengajaran berbagai ilmu pengetahuan. Salah satu penguasa bernama Al-Hakam telah membangun Universitas Kordoba berdampngan dengan masjid Abdurrahman III. Â Universitas ini tumbuh menjadi lembaga pendidikan masyhur yang menarik perhatian para pelajar dari negara-negara lain.
Dalam bidang filsafat, karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar sehingga Kordoba menjadi perpustakaan dan universitasnya mampu menyaingi kota Baghdad. Salah satu tokoh terkenal dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad bin Al-Sayigh atau yang lekbih dikenal dengan Ibnu Bajjah. Kemudian ada yang tak kalah hebat dalam gelanggang filsafat Islam yakni Ibnu Rusyd dari Kordoba yang memiliki kecermatan luar biasa dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah klasik tentang keserasian filsafat dan agamaÂ
Tak hanya itu, dalam bidang arsitektur menandakan kemajuan yang sangat berarti. Tidak kurang dari ratusan masjid dan istana megah, ribuan gedung hingga pemandian umum yang berada di Kordoba mewarnai gemerlap Islam di Spanyol. Islam menyinari Spanyol yang saat sebelumnya gelap berada pada zaman kegelapan Eropa. Salah satu bangunan terkenal yang saat ini menjadi warisan budaya dunia adalah Istana Alhambra yang mana merupakan sebuah kompleks istana sekaligus benteng pertahanan. Lokasi Alhambra berada d wilayah Granada. Begitupun dalam bidang-bidang  lain seperti kedokteran, astronomi, kimia juga berkembang dengan baik. Akan tetapi kejayaan ini pun perlahan mulai runtuh saat naiknya Hisyam II yang masih berusia 11 tahun.
Kekuasaan secara de facto berada di tangan para pejabat yang saling berebut pengaruh. Islam Spanyol terpecah menjadi beberapa negeri kecil berbentuk negara kota seperti Seville, Kordoba, Toledo, hingga Granada. Beberapa kekuasaan Islam yang lainnya pun turut berkuasa silih berganti di Semenanjung Iberia ini seperti Murabitun, Muwahhidun dan masih banyak lagi.
Referensi :
Ali, A. Mukti. Sejarah Islam Pramodern. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995.