Bandung, 30 Juni 2025 — Puskesmas Pelindung Hewan, Astanaanyar, Bandung resmi memanfaatkan Santika, aplikasi Sistem Manajemen Tumbuh dan Intervensi Kembang Anak hasil kolaborasi tim dari Program Studi S1 Teknik Industri untuk pengabdian masyarakat Universitas Telkom, untuk mendukung program Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK). Pelatihan intensif dan sosialisasi yang digelar hari ini diharapkan memutus kerumitan laporan manual sekaligus mempercepat deteksi risiko gangguan tumbuh kembang balita.
Aplikasi Santika — akronim dari Sistem Manajemen Tumbuh dan Intervensi Kembang Anak — dikembangkan oleh tim pengabdian Telkom University di bawah kepemimpinan Ir. Rayinda Pramuditya Soesanto, S.T., M.T. Santika dirancang menjawab tantangan konsistensi penilaian tumbuh kembang yang kerap berbeda antar tenaga kesehatan akibat keterbatasan instrumen manual.
“Dengan Santika, proses pencatatan jadi terstandar, terkomputerisasi, dan bisa diakses kapan pun. Saya pribadi puas melihat antusiasme para tenaga kesehatan dalam pelatihan hari ini. Harapannya, Santika benar-benar mempermudah monitoring dan pelaporan SDIDTK ke depan,” kata Rayinda seusai pelatihan.
Kepala Puskesmas Pelindung Hewan, dr. Riyanti, juga menyambut baik inisiatif ini. Ia menegaskan Santika dapat jadi modal penting untuk mengurangi gap pemahaman indikator tumbuh kembang di lapangan.
“Tenaga kesehatan kami merasa terbantu dengan Santika. Sistemnya mudah dipahami, pelaporan jadi cepat. Kami berharap ini bukan yang terakhir — kolaborasi dengan Telkom University semoga terus berlanjut agar pelayanan kesehatan primer semakin optimal,” tutur dr. Riyanti.
Melalui antarmuka web, Santika memuat checklist standar SDIDTK, fitur penilaian otomatis, rekam jejak digital anak, hingga visualisasi data perkembangan anak dalam bentuk grafik. Bukan hanya mempermudah bidan dan tenaga medis, orang tua juga bisa diajak terlibat lebih aktif memahami status tumbuh kembang anak.
Program ini menargetkan replikasi ke Puskesmas lain di Kota Bandung maupun wilayah sekitar yang menghadapi tantangan serupa. “Ini bukan sekadar proyek sesaat, tapi model inovasi layanan kesehatan ibu dan anak agar selaras dengan SDGs poin ke-3: Good Health and Well-Being,” tutup Rayinda.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI