Mohon tunggu...
raysan fikri
raysan fikri Mohon Tunggu... mahasiswa

seorang pelajar di sebuah institud seni indonesia yaitu ISI Padang Panjang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menelusuri Prasasti Di nagari Tuo Pariangan

13 Oktober 2025   23:46 Diperbarui: 13 Oktober 2025   23:46 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prasasti parlanga tanah datar(Kanda Mulia)

Nama: Kanda Mulia 

Nim   : 04100623

Nama: Raysan Fikri

Nim: 04201923

Eksistensi Prasasti Tungku Tigo Sejarang di Nagari Tuo Pariangan

Nagari Pariangan mulai mendapat banyak perhatian baik secara nasional maupun internasional setelah terpilih menjadi salah satu dari 5 desa terindah di dunia menurut Travel Budget Magazine USA yang merupakan majalah mengenai pariwisata internasional pada tahun 2012. Selain menyuguhkan pesona keindahan alam berupa panorama alam sebuah kampung tua di daerah ketinggian, nagari ini juga menyuguhkan pesona sejarah yang kental dan menarik. Pesona wisata sejarah yang disuguhkan nagari Pariangan ini membuktikan bagaimana perubahan sosial budaya masyarakat tumbuh dan berkembang untuk waktu yang lama.

Nagari Tuo Pariangan adalah salah satu nagari atau desa yang ada di Kabupaten Tanah Datar. Kabupaten Tanah Datar jika ditinjau dari sisi sejarah mempunyai catatan yang panjang. Keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari sejarah serta perkembangan suku Minangkabau yang merupakan salah satu suku dan etnis di Indonesia. Kabupaten Tanah Datar terkenal sebagai "Luhak Nan Tuo" atau daerah yang dituakan. Dari daerah Tanah Datar inilah berasal cerita turun-temurun atau yang lebih dikenal dengan tambo berawal nenek moyang suku Minangkabau dari Nagari Pariangan. Daerah asal dan berkembangnya suku serta budaya Minangkabau adalah Kabupaten Tanah Datar.

Nagari Tuo Pariangan adalah salah satu daerah istimewa di Minangkabau karena merupakan daerah asal-muasal lahirnya kebudayaan dan adat di Minangkabau. Di Nagari Pariangan, terdapat peninggalan--peninggalan sejarah yang masih terlihat dan terjaga hingga saat ini. Tumbuh dan perkembangan kebudayaan dan adat Minangkabau selalu dikaitkan dengan peninggalan-peninggalan sejarah tersebut. Nagari tuo Pariangan mempunyai banyak peninggalan sejarah masa lampau yang dapat dijadikan bukti-bukti perihal asal mula terbentuknya suku dan masyarakat Minangkabau.

Nagari ini merupakan salah satu kawasan lanskap sejarah dan kawasan lanskap budaya di Sumatera Barat. Salah satu peninggalan masa lampau yang banyak terdapat di nagari Pariangan adalah prasasti. Peninggalan sejarah dalam bentuk gambar ataupun tulisan yang terdapat pada batu disebut dengan prasasti. Prasasti juga disebut sebagai batu tulis. Beberapa prasasti ditemukan berbahasa Sansekerta dan menggunakan huruf Pallawa. Biasanya sebuah prasasti berisi tentang peristiwa penting sebuah kerajaan atau peristiwa penting yang dialami oleh seorang raja. Prasasti merupakan salah satu sumber sejarah tertulis. Diantara berbagai sumber-sumber sejarah yang ada, sumber sejarah tertulis merupakan sumber sejarah yang paling banyak ditemukan dan diarsipkan. Sumber sejarah tertulis dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk mengungkap peristiwa sejarah.

Setiap sumber sejarah mempunyai kegunaannya masing-masing untuk mendukung validitas dari suatu penelitian sejarah. Pada tahun 1340 M, Raja Adityawarman menemukan Prasasti Pariangan. Prasasti ini dapat menandakan bahwa Raja Adityawarman pernah bermukim di nagari ini. Prasasti ini ditemukan di tepi sungai Mengkaweh yang mengalir dari kaki gunung Marapi. Prasasti ini ditemukan di nagari Pariangan, disebelah timur kota Padang Panjang. Secara astronomis, prasasti ini terletak di S 0027'32.1" E100 29'31.7". Nomor inventaris untuk cagar budaya Prasasti Pariangan ini adalah 12/BCB-TB/A/12/2007.

Prasasti Pariangan ini merupakan milik nagari Pariangan. Pada awalnya hanya ada satu batu yang ditetapkan sebagai prasasti Pariangan. Namun setelah diperhatikan lebih lanjut, terdapat dua batu lagi yang terletak tidak terlalu jauh dari batu prasasti Pariangan yang mempunyai ukuran yang lebih kurang sama besar dan jika dilihat dari tempat yang lebih tinggi, ketiga batu tersebut akan membentuk segitiga seperti bentuk tungku tradisional pada zaman dahulu. Karena hal tersebutlah masyarakat sekitar menyebut prasasti tersebut dengan sebutan prasasti tungku tigo sejarang. Sesuai dengan namanya, prasasti ini terdiri dari tiga batu besar dengan jarak antara ketiga batu tersebut yang tidak terlalu jauh namun belum diukur secara pasti berapa jarak antara satu batu dengan batu lainnya. Yang pertama ditemukan adalah batu yang pertama atau yang awalnya dikenal sebagai batu prasasti Pariangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun