Mohon tunggu...
Rayi Angger
Rayi Angger Mohon Tunggu... Penulis - Halo

mengabadikan momen itu, asik!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jurnalisme Interaktif di Era Informasi

13 Februari 2019   06:04 Diperbarui: 13 Februari 2019   07:49 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn-images-1.medium.com/max/640/0*QCqRjzCc_QPux8C7.png

Jurnalisme multimedia, tentunya anda pernah mendengar istilah ini, namun pengertian yang sebenarnya masih belum pasti. Kita dapat berpikir bahwa konten didistribusikan tidak hanya pada satu media, seperti berita di koran dapat didengar di radio. Jurnalisme multimedia juga bisa diartikan sebagai hadirnya interaktivitas lewat pengalaman yang diberikan kepada pengonsumsi media.

Berkat teknologi, segala perkembangan di dunia jurnalistik dapat terjadi. Saat ini konten berita diproduksi oleh banyak perusahaan media, sehingga pilihan yang dihadirkan kepada khalayak sangat bervariasi. 

Bahkan detik.com mampu menghasilkan ribuan berita online hanya dalam waktu satu hari. Lambat laun dunia jurnalistik mulai bergeser ke 'pasar' online karena khalayak haus akan informasi, sehingga jurnalisme konvensional tidak lagi diminati.

Kunci pada multimedia adalah penggunaan cara penyampaian pesan pada khalayak. Jurnalisme konvensional memiliki batasan hanya pada teks dan gambar, tidak dapat merambah ke video ataupun audio. 

Perusahaan media saat ini, khususnya di Indonesia, mulai merambah pada information graphics (infografik). Metode ini dianggap efektif karena memberikan poin-poin penting yang dibarengi dengan visual yang menarik.

Era informasi saat ini mengajak khalayak lebih condong kepada sudut pandang secara visual, karena terdapat istilah "visual speaks louder than words", terbukti mulai dilakukan oleh perusahaan media. 

Menurut Multimedia Journalism 2019, multimedia harus didukung dengan interaktivitas khalayak. Semakin lama, interaktivitas juga semakin maju. Koran Los Angeles Times membuat sebuah laman web yang mereka sebut sebagai interactive map, untuk menggambarkan daerah-daerah yang pernah terjadi kasus pembunuhan. 

Khalayak tidak hanya diberikan gambar peta, namun dapat melakukan scroll, search, bahkan mengakses foto-foto korban pembunuhan.

Perusahaan media terus berinovasi, termasuk media di Indonesia. Salah satu gebrakan yang menarik adalah VIK (Virtual Interaktif Kompas) yang dimiliki oleh koran Kompas. 

VIK bermain dengan penggabungan audio, video, visual, serta animasi, yang dapat membuat pengalaman berbeda dalam membaca berita ataupun artikel. Berikut adalah contoh bagaimana VIK mengajak khalayak untuk turut serta dalam Pemilu 2019.

Tanda Scroll Down pada VIK (https://vik.kompas.com/pemilu2019/)
Tanda Scroll Down pada VIK (https://vik.kompas.com/pemilu2019/)
Daftar partai politik yang mengeluarkan animasi seperti kertas dibalik (https://vik.kompas.com/pemilu2019/)
Daftar partai politik yang mengeluarkan animasi seperti kertas dibalik (https://vik.kompas.com/pemilu2019/)
Animasi pilihan berapa usiamu (https://vik.kompas.com/pemilu2019/)
Animasi pilihan berapa usiamu (https://vik.kompas.com/pemilu2019/)
Diskusi bersama Mahasiswa FISIP Atma Jaya Yogyakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun