Mohon tunggu...
Muhammad Rayfahd
Muhammad Rayfahd Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah mahasiswa dari Program Studi Jurnalistik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya tertarik pada sastra dan juga dalam penulisan berita.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Daya Tarik Pemilu dalam Menjerat Suara Kaum Muda

2 Januari 2024   00:53 Diperbarui: 4 Januari 2024   15:29 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang Pemilu pada 14 Februari 2024 mendatang, anak-anak muda selalu menjadi sasaran empuk partai politik untuk mendukung calon-calon tertentu. Alasannya karena kuantitas pemilih muda jumlahnya banyak. Dikutip dari laman resmi KPU bahwa dari total jumlah pemilih sebanyak 204,8 juta, sekitar 52% suara berasal dari suara kaum muda.

Ditengah arus informasi dan teknologi yang begitu cepat, Media sosial memiliki peran penting dalam menarik suara dari kaum muda. Berbagai produk kampanye gencar dilakukan melalui media sosial oleh para kontestan pemilu mulai dari calon legislatif hingga calon presiden dan wakil presiden.

Ditemui di Posko Pemenangannya, Julianda Effendi selaku Bakal Calon Legislatif dari Partai PDI-P mengatakan bahwa anak muda lebih senang melihat kampanye melalui media sosial dibandingkan kampanye secara langsung.

"Ditambah lagi mereka lebih suka di medsos, jadi mereka kalo melihat dari langsung ke lapangan bagaimana para Caleg berkampanye mereka kurang serius, tetapi kalo di media sosial mereka lebih senang dan tertarik." Kata Julianda, Jumat (15/12/2023).

Tahun Pemilu memang selalu menjadi momentum yang sangat rumit dan membingungkan bagi kaum muda. kaum muda kerap kali menjadi target dari para calon pemimpin negara. Oleh karena itu, Para kaum muda dituntut harus selalu kritis dan dapat memilah berbagai konten politik yang ada di media sosial.

Mahasiswa UPN Veteran Jakarta, Cheisya Nadhira mengatakan memang benar bahwa anak muda lebih menyukai pendekatan kampanye melalui media sosial dibandingkan kampanye secara langsung.

"Menurut aku sih mungkin kalau kampanye yang dilakukan secara langsung ke masyarakat itu kurang menarik minat aku, tapi kalau misalnya kampanye melalui sosial media terutama targetnya gen-z itu bisa menarik buat aku" Ujarnya, Sabtu (16/12/2023).

Cheisya juga menambahkan bahwa penggunaan Artificial Intelligence (AI) serta media sosial lainnya seperti Tiktok dan Instagram, sebagai bagian dari produk kampanye para calon pemimpin cukup berhasil dalam menarik suara kaum muda.

"Semisal seperti cara kampanye kolaborasi melalui AI, Tiktok, Instagram terus juga pendekatan-pendekatan capres wapres yang berusaha mendapat atensi dari millenial itu menurut pandangan aku sih cukup berhasil" imbuhnya.

Keikutsertaan anak muda dalam pemilu merupakan hal yang penting untuk mewujudkan demokrasi yang kuat. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran politik anak muda dan membangun kepercayaan mereka terhadap partai politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun