Zahid juga berbagi kisah bagaimana dukungan sekolah membawanya menjadi Duta SMA Jawa Barat.
“Saya sering diberi kesempatan untuk mengikuti kompetisi, lalu menjadi MC atau moderator di acara sekolah. Setelah itu, guru-guru memberi masukan dan dorongan. Dari situlah saya belajar public speaking dan percaya diri,” tuturnya.
Pendidikan Adalah Kolaborasi
Sesi gelar wicara ditutup oleh Bapak Ma’ruf (Staf Khusus Mendikdasmen Bidang Komunikasi dan Media). Beliau menekankan bahwa perubahan hanya bisa terjadi jika semua pihak bergerak bersama, guru, orang tua, siswa, dan masyarakat.
Setelah mengikuti acara tersebut, saya jadi merenung. Mungkin sekolah masa kecil saya tidak sepenuhnya menggembirakan karena dulu belum ada ruang sebesar ini bagi dialog antara guru, siswa, dan orang tua.
Saya merasa terpanggil untuk ikut menjadi bagian dari program ini. Sebab, menciptakan sekolah yang ramah bukan hanya tanggung jawab guru atau pemerintah, tapi juga kita semua sebagai bagian dari ekosistem pendidikan.
Mulai dari hal kecil, mengedukasi orang-orang terdekat, memberi teladan, dan menumbuhkan semangat belajar yang menggembirakan di lingkungan terdekat kita.
Kini, melihat bagaimana Kemendikdasmen Jakarta mendorong gerakan Sekolah Ramah untuk Semua, saya optimis bahwa masa depan pendidikan Indonesia sedang bergerak ke arah yang lebih maju dan manusiawi.
Sekolah bukan lagi tempat yang menakutkan, tapi ruang tumbuh yang aman, nyaman, dan menggembirakan bagi setiap anak, tanpa terkecuali.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI