Jumat, 17 Oktober 2025, saya melangkah ke Gedung C Kemendikdasmen Jakarta, Cipete, Jakarta Selatan, dengan rasa ingin tahu yang besar.
Di tengah gempuran isu pendidikan yang kian kompleks, saya ingin tahu bagaimana konsep “Sekolah Ramah untuk Semua: Lingkungan Aman, Nyaman, dan Menggembirakan” diterjemahkan dalam praktik nyata.
Saya percaya bahwa setiap dari kita, baik orang tua, masyarakat, maupun guru, adalah pendidik. Karena itu, saya merasa topik ini relevan bukan hanya bagi sekolah, tetapi juga bagi kehidupan sosial kita secara luas. Saya merasa beruntung sekali mendapatkan kesempatan berharga dari Kompasiana untuk hadir dalam acara gelar wicara ini.
Saya masih ingat masa sekolah dulu, saya berangkat pagi rasanya seperti rutinitas tanpa makna, tanpa rasa. Sekolah tidak selalu terasa menggembirakan, hanya jadi kewajiban yang harus dijalani.
Karena itu, saya sangat mengapresiasi inisiatif Kemendikdasmen Jakarta yang mulai menyoroti sisi emosional dan lingkungan psikologis siswa, bukan hanya prestasi akademik semata.
Catatan Gelar Wicara “Sekolah Ramah untuk Semua”
Acara dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh Bapak Anang Ristanto, S.E., M.A. (Kepala Biro Hubungan dan Komunikasi Masyarakat Kemendikdasmen).
Sebelum memasuki sesi utama gelar wicara, kami dihibur dengan special performance dari Sekti Prana, seorang siswi yang membawakan lagu dengan suara musik flute yang indah mengisi suasana ruangan.
Gelar wicara yang dipandu oleh Bapak Heru Margianto (COO Kompasiana) sebagai moderator menghadirkan empat narasumber utama dengan perspektif yang saling melengkapi:
Bapak Agus M. Solihin, perwakilan dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga
Bapak Muhammad Yusuf Kurniawan, Guru SDN Petamburan 01 Jakarta
Ibu Leny Vinisah, Koordinator Nasional Sidina Community
Muhammad Zahid As Shidqi, Duta SMA Jawa Barat 2025