Mohon tunggu...
Raya
Raya Mohon Tunggu... Freelancer

Raya Reflections: Life, Love, and Lessons

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mariah Carey Terpesona Ondel-Ondel dan Tanjidor, Staf Ikut Bergoyang

6 Oktober 2025   12:35 Diperbarui: 6 Oktober 2025   20:37 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan pertunjukan formal atau gimmick. Musik Tanjidor dan Ondel-ondel menyampaikan pesan bahwa budaya lokal masih relevan. Bahkan ketika mata dunia menyorot diva internasional, akar budaya kita tetap ada, mengingatkan siapa kita dan dari mana kita berasal.

Yang menarik, perpaduan ini menunjukkan bagaimana Indonesia menggabungkan modernitas dan tradisi. Kota yang ramai, campur aduk, kadang absurd, tetap memiliki cara sendiri untuk menyapa tamu, tulus, hangat, dan akan selalu dikenang.


Lihat gerakannya saat menyambut Mariah, rasanya seperti budaya Betawi "nyelonong" ke panggung dunia. Para pemainnya rapi, enerjik, dan tetap mempertahankan esensi asli budaya Betawi. 

Lokalitas dalam Globalisasi

Momen ini juga mengingatkan bahwa globalisasi tidak harus menenggelamkan lokalitas. Malah, ia bisa memberi panggung lebih luas agar budaya lokal terlihat dan dihargai.

Tanjidor dan Ondel-ondel yang tampil adalah pernyataan identitas. Budaya Betawi masih hidup, dinamis, dan bisa beradaptasi tanpa kehilangan esensi. Bahkan ketika disandingkan dengan diva dunia, tradisi lokal tetap bisa mencuri perhatian dan membuat orang tersenyum.

Mariah Carey mungkin tidak paham sejarah panjang Tanjidor atau asal-usul Ondel-ondel, tapi siapa pun yang melihat momen itu bisa merasakan satu hal, bahwa budaya Indonesia akan selalu punya tempat.

Dentuman musik, gerakan boneka raksasa, aura Mariah Carey, semua berpadu menjadi momen yang unik dan menghibur. Dunia boleh datang, tapi kita tetap menyambut dengan cara sendiri. 

Global dan lokal bisa bersanding tanpa saling meniadakan.
Kalau kata orang Betawi, tulisan tanpa pantun itu kayak sayur tanpa garam. Jadi biar makin mantap, nih saya kasih pantun penutupnya:

Mimi datang untuk bernyanyi,
Tjakeep.. 

Cakep bener suaranya tinggi,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun