Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Dosen - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital Lecturer Guru SMP Al AKHYAR

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dilema Pekerja Muda: Membeli Rumah atau Terus Ngontrak?

3 Februari 2024   11:08 Diperbarui: 3 Februari 2024   11:20 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Detik finance.com

Di tengah hiruk pikuk perkotaan, di mana setiap inci ruang begitu berharga, cerita tentang rumah kontrakan dan kosan menjadi topik yang tak pernah usai. Seolah-olah, mereka menjadi saksi bisu atas perjuangan banyak orang dalam mencari tempat berlindung yang nyaman dan terjangkau.

Berada di pusat kota, meski terjepit di antara gang sempit, rumah kontrakan atau kosan tetap menjadi magnet. Kenapa? Karena lokasi mereka yang strategis. Bayangkan saja, berapa banyak waktu dan tenaga yang bisa dihemat ketika tempat tinggal hanya beberapa langkah dari tempat kerja, atau setidaknya, dekat dengan fasilitas transportasi umum. Namun, kehidupan di tengah kota tidak selamanya soal kemudahan akses. Ada juga cerita tentang kontrak kerja yang sering kali tidak menentu, membuat banyak orang terombang-ambing dalam ketidakpastian.

Berinvestasi di properti tidak selalu mudah. Ada tantangan khusus yang harus dihadapi, seperti keterbatasan waktu tinggal dan kontrak kerja yang mungkin tidak mencapai tiga tahun bagi banyak pekerja. Hal ini membuat mereka ragu untuk membeli rumah, terutama di lokasi yang diidamkan. Sebagai ilustrasi, seorang karyawan bank dengan kontrak kerja tiga tahun mungkin akan berpikir dua kali untuk mengambil KPR di Jakarta, mengingat ketidakpastian apakah ia akan tetap bekerja di kota tersebut setelah kontrak berakhir.

Selain itu, kesulitan untuk memiliki rumah di lokasi tertentu ketika mendapatkan pekerjaan di tempat lain menjadi masalah lain. Misalnya, seorang profesional IT yang mendapatkan pekerjaan impian di Singapura harus memutuskan apakah ia akan menjual rumahnya di Jakarta atau menyewakannya. Keputusan ini tidak mudah, mengingat kedua opsi memiliki konsekuensi finansial dan emosional.

Pertimbangan tentang KPR rumah juga menjadi topik yang kompleks. Ketidakmampuan untuk mengambil KPR karena alasan-alasan tertentu, seperti riwayat kredit yang buruk atau ketidakstabilan pendapatan, sering menjadi penghalang. Sebagai contoh, seorang wiraswasta yang bisnisnya baru berjalan dua tahun mungkin kesulitan mendapatkan persetujuan KPR dari bank.

Di sisi lain, menyewa atau kontrak rumah menjadi alternatif yang menawarkan fleksibilitas. Hal ini terutama menguntungkan bagi pekerja dengan kondisi pekerjaan yang tidak stabil. Misalnya, seorang konsultan yang sering berpindah-pindah kota bisa memilih untuk menyewa apartemen daripada terikat dengan KPR rumah.

Seorang pekerja proyek dengan penugasan di berbagai kota selama beberapa bulan akan lebih memilih menyewa apartemen atau tinggal di kos-kosan daripada membeli rumah. Fleksibilitas ini memungkinkan mereka untuk berpindah sesuai dengan lokasi proyek tanpa terbebani oleh kewajiban KPR atau pemeliharaan properti. Di sisi lain, bagi mereka yang karirnya sudah stabil dan memiliki keluarga, membeli rumah mungkin menjadi prioritas untuk menciptakan lingkungan yang stabil dan nyaman bagi anggota keluarga.

Kelebihan menyewa atau kontrak adalah kemudahan untuk berpindah ketika situasi pekerjaan berubah. Namun, kekurangannya adalah kurangnya keamanan jangka panjang dan potensi biaya sewa yang meningkat setiap tahun. Di sisi lain, kepemilikan rumah memberikan rasa keamanan dan investasi jangka panjang, tetapi memerlukan komitmen finansial yang besar dan kemungkinan risiko jika situasi ekonomi berubah atau jika pemilik harus pindah.

Dalam konteks ekonomi saat ini sangat fluktuatif dan karir yang dinamis, penting untuk melakukan perencanaan finansial yang matang sebelum memutuskan untuk membeli, menyewa, atau kontrak. Memahami kondisi pasar properti, mengevaluasi kondisi finansial pribadi, dan mempertimbangkan prospek karir adalah langkah-langkah penting yang tidak boleh diabaikan.

Alternatif lain yang sering dipertimbangkan adalah investasi di properti yang kemudian disewakan. Hal ini bisa menjadi sumber pendapatan pasif dan cara untuk memanfaatkan pasar properti. Sebagai ilustrasi, membeli apartemen kemudian menyewakannya kepada ekspatriat atau pekerja asing di Jakarta bisa menjadi investasi yang menguntungkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun