Di tengah hiruk-pikuk modernisasi yang semakin pesat, pesantren tetap menjadi benteng pendidikan karakter di Indonesia. Salah satu yang paling ikonik adalah Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) di Jawa Timur, yang sering disebut sebagai "pesantrenku" oleh para alumni dan santri yang pernah menimba ilmu di sana. Berlokasi di Desa Gontor, Kecamatan Mrongo, Kabupaten Ponorogo, pesantren ini bukan hanya lembaga pendidikan Islam tradisional, tapi juga pionir dalam menggabungkan nilai-nilai keislaman dengan pendidikan modern. Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang perjalanan, sistem pendidikan, dan kontribusi PMDG terhadap dunia pendidikan Indonesia.
Dari Desa Kecil Menuju Institusi Global Pondok Modern Darussalam Gontor didirikan pada tahun 1926 oleh TRIMURTI. Awalnya, pesantren ini lahir dari visi sederhana untuk menciptakan generasi Muslim yang mandiri, berilmu, dan berakhlak mulia, di tengah penjajahan Belanda yang menekan pendidikan umat Islam. Lokasinya yang terpencil di lereng Gunung Wilis, Jawa Timur, justru menjadi kekuatan: jauh dari keramaian kota, santri bisa fokus belajar tanpa gangguan. Sejak berdiri, PMDG terus berkembang. Pada era 1950-an, pesantren ini memperkenalkan konsep "modern" dengan mengadopsi kurikulum sekolah formal seperti SMP, SMA, dan bahkan perguruan tinggi dengan kurikulum Kulliyatul Mu'allimat Al-Islamiyaj Hingga kini, PMDG mengelola lebih dari 40 cabang di seluruh Indonesia dan luar negeri, dengan ribuan santri dari berbagai negara seperti Malaysia, Thailand, Afrika dan lain sebagainya. Prestasi awal yang membanggakan adalah lulusan-lulusannya yang aktif dalam perjuangan kemerdekaan, termasuk mendirikan organisasi seperti Hizbul Wathan (HW), yang menjadi cikal bakal Gerakan Pramuka Islam.
Sistem Pendidikan: Harmoni Antara Tradisi dan Modernitas
Apa yang membuat PMDG unik adalah pendekatan pendidikannya yang holistik, yang disebut "Sistem Gontor". Kurikulumnya mengintegrasikan ilmu agama (diniyah) dengan ilmu umum (nahwu, sarjana), bahasa asing, dan keterampilan praktis. Santri tidak hanya hafal Al-Quran dan fiqih, tapi juga belajar matematika, sains, ekonomi, dan teknologi informasi semua dalam bahasa Arab, Inggris, atau Indonesia.
Tahap Pendidikan: Dimulai dari tingkat dasar (setara SD) hingga perguruan tinggi (Universitas Darussalam Gontor). Ada program khusus seperti "Kelas Khusus" untuk santri berprestasi, yang menekankan riset dan kepemimpinan.
Metode Pembelajaran: Gontor menerapkan "self-learning" di mana santri diajarkan mandiri, tanpa paksaan. Kelas pagi untuk ilmu agama, siang untuk umum, dan malam untuk diskusi. Bahasa Arab menjadi wajib, sehingga santri bisa membaca kitab kuning asli tanpa terjemahan.
Pendidikan Karakter: Selain akademik, ada latihan militer ringan (baris-berbaris), olahraga, dan kegiatan sosial seperti bakti masyarakat. Prinsip "Ikhlas, Ukhuwwah, dan Hurriyah" (tulus, persaudaraan, kebebasan) menjadi pondasi, mencegah fanatisme buta dan mendorong toleransi. Fasilitas pendukungnya juga modern: masjid megah, perpustakaan digital dengan jutaan buku, laboratorium sains, asrama nyaman, dan bahkan studio produksi media. Di era digital, PMDG punya platform online untuk e-learning, memastikan santri tetap terhubung dengan dunia luar.
Kontribusi dan Prestasi: Mencetak Pemimpin Bangsa
PMDG bukan sekadar pesantren; ia adalah pabrik pemimpin. Lulusannya tersebar di berbagai bidang: dari politisi seperti Wakil Presiden Ma'ruf Amin (alumni), hingga akademisi, pengusaha, dan aktivis. Organisasi alumni, Ikatan Alumni Gontor (IAG), memiliki jaringan global yang mendukung pengembangan pendidikan Islam.
Prestasi nyata termasuk:
Pendidikan Inklusif: PMDG menjadi pelopor pesantren putri sejak 1970-an, dengan cabang tersendiri di Mantub, Ponorogo, yang mendidik ribuan perempuan Muslimah.
Kontribusi Sosial: Selama pandemi COVID-19, santri Gontor terlibat dalam distribusi bantuan dan kampanye vaksinasi. Pesantren ini juga punya program beasiswa untuk santri miskin, memastikan akses pendidikan bagi semua.
Pengakuan Internasional: Diakui oleh UNESCO sebagai model pendidikan berbasis komunitas, dan sering dikunjungi delegasi dari Timur Tengah untuk belajar sistemnya.
Namun, tantangan tetap ada: biaya pendidikan yang relatif tinggi (meski ada subsidi) dan adaptasi dengan kurikulum nasional yang sering berubah. Meski begitu, PMDG terus berinovasi, seperti mengintegrasikan AI dalam pengajaran bahasa.
Pesantrenku, Warisan Abadi
Pondok Modern Darussalam Gontor adalah bukti bahwa pendidikan Islam bisa selaras dengan kemajuan zaman. Bagi saya atau siapa pun yang pernah merasakan kehangatan "pesantrenku" Gontor bukan hanya tempat belajar, tapi rumah kedua yang membentuk jiwa. Di Jawa Timur yang kaya akan tradisi, pesantren ini mengajarkan bahwa pendidikan sejati adalah keseimbangan antara ruh dan akal, iman dan ilmu. Bagi calon santri atau orang tua yang mencari lembaga pendidikan berkualitas, PMDG layak menjadi pilihan utama. Kunjungilah situs resminya atau datangi langsung untuk merasakan semangatnya siapa tahu, ini bisa menjadi "pesantrenku" bagi generasi mendatang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI