Mohon tunggu...
Ratnawati
Ratnawati Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang ibu, guru, santri, penggiat literasi, aktivis peduli generasi

Meninggalkan rekam jejak dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rajab, Momentum Persatuan Umat

9 Februari 2024   04:00 Diperbarui: 9 Februari 2024   04:04 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rajab adalah salah satu bulan yang istemewa bagi kaum muslimin. Keistimewaan bulan ini tidak lepas dari dalil-dalil yang menunjukan tentang kemuliaan bulan Rajab. Para ulama menjelaskan bahwa Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram yang Allah SWT muliakan. Ini berdasarkan firman-Nya:

Sungguh bilangan bulan menurut Allah ada dua belas bulan, dalam catatan Allah, saat Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya terdapat empat bulan haram [suci]. Itulah agama yang lurus. Karena itu janganlah kalian menzalimi diri kalian sendiri pada bulan-bulan itu (TQS at-Taubah [9]: 36).

Berdasarkan penuturan Al-Qadhi Abu Ya’la rahimahulLâh,” Dinamakan bulan haram karena dua makna. Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliah pun meyakini demikian. Kedua, pada bulan tersebut terdapat larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Pada saat itu pun sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.” (Lihat: Ibnu al-Jauzi, Zâd al-Masîr, Tafsir QS at-Taubah ayat 36).

Oleh karena itu hendaknya bulan ini semangat untuk beramal sholih menjadi lebih besar bagi kaum muslimin. Kebaikan pada bulan Rajab tentunya saja harus diupayakan, karena dia tidak langsung didapatkan dengan sendirinya.

Berbagai peristiwa penting dibulan Rajab pun tidak lepas bagian dari pembuktian iman dan ketaatan. Bagaimana momen Rajab tidak bisa kita lepaskan dari peristiwa isra mi’raj baginda Rasulullah Muhammad SAW, Isra’ yakni perjalanan beliau pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqso di Palestina. Kemudian mi’raj yaitu naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke sidratul muntaha. 

Secara logika manusia tidak bisa memahami memahami bagaimana perjalanan satu malam bisa ditempuh oleh Rasulullah. Namun bagi orang-orang beriman ini adalah keyakinan pada peristiwa ini adalah bagian dari keimanan kepada apa yang di kabarkan oleh Rasulullah. Disamping itu isra mi’raj adalah wujud dari kekuasaaan Allah yang telah diyakini oleh orang-orang yang beriman.

Begitupula pada kita saat ini hendaknya peristiwa isra mi’raj ini mendorong ketaatan kepada syariat yang dibawa oleh rasul sebagai pembuktian iman kepada Allah dan rasulNya. Sebagimana firman Allah SWT:

“Demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad saw.) hakim atas perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati atas putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima keputusan tersebut dengan sepenuh hati”. (TQS an-Nisa’ [4]: 65)

Maka keimanan kepada Allah dan rasul hendaknya melahirkan ketundukan kepada apa yang telah dibawa oleh rasul, yakni berhukum kepada aturan Allah secara keseluruhan. Islam adalah agama yang sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan. Allah mengatur manusia tidak hanya dalam ibadah ritual namun juga dalam kehidupan bermasyarakat baik dalam perkara pergaulan, ekonomi, pengadilan hingga sistem pemerintahan. Islam adalah sebuah sistem peraturan hidup yang hanya dan akan tegak dengan sistem pemerintahan yakni Khilafah. Sementara hari ini Islam hanya di ambil dalam ranah ibadah ritual semata. Sementara firman Allah dalam Alqur’an:

” Siapa saja yang tidak memutuskan hukum berdasarkan wahyu yang telah Allah turunkan, mereka itulah kaum yang dzalim”. (TQS al-Ma’idah [5]: 45).

Banyak persoalan demi persolan yang menimpa kaum muslimin saat ini tidak lain akibat berlepasnya umat dari penerapan aturan Allah. Justru saat ini aturan yang diterapkan oleh umat Islam adalah aturan demokrasi yang lahir dari manusia, terlebih lagi sistem ini merupakan sistem buatan kafir Barat. Kaum muslimin disekat-sekat oleh nasionalisme, sehingga persatuan kaum muslin yang dulu pernah ada kini sudah terpecah belah. Lihat saja umat muslim yang hari ini masih mengalami penjajahan seperti Palestina, Suriah, Rohingya, Uighur dan lainnya tak mampu diselamatkan oleh umat Islam. Karena Islam sudah kehilangan sistem penerapnya yaitu kekhilafahan. Padahal hanya khalifah yang akan memberikan pembelaan terhadap kaum muslim yang tertindas, sekaligus memberikan bantuan dan mengirimkan pasukan yang akan membebaskan negeri-negeri muslim dari berbagai kezaliman. Penguasa negeri-negeri muslim hari tak akan mampu membebaskan penjajahan atas kaum muslimin selama mereka berada dalam sistem demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun