Sepenggal kisah dari acara Hijrah Hapus Tato eps 2 Laznas Dewan Dakwah DIY
Kebanyakan orang yang membuat tato di tubuh mereka dimasa muda, tidak memikirkan dampak dari ditatonya tubuh mereka, hingga akhirnya mereka menyesali dan ingin menghapusnya. Banyak juga yang  menghapus tato mereka karena ingin "berhijrah", menjadi pribadi yang lebih baik secara spiritual.
Metafora hijrah sebagai pertaubatan atau perbaikan diri ini sebenarnya memiliki pijakan kuat dalam Al Qur'an dan Hadits. Sebagai pendekatan dakwah, metafora hijrah juga telah membangkitkan kegairahan Islami yang mewarnai jalan dakwah itu sendiri.
Dalam konteks lpenghapusan tato, dimaknai sebagai hijrah yang mengacu kepada makna hijrah sebagai perintah untuk meninggalkan perbuatan keji termasuk keburukan dan kemaksiatan.
(QS al-Muddatstsir : 5 ).
Mereka berniat hapus tato karena mereka ingin "berhijrah", seakan menghapus dosa, kesalahan, ketidakpahaman ataupun ketidaktahuan dimasa lalu.
Kisah hijrahnya layak menjadi insprirasi bagi orang lain.
Mentato tubuhnya sejak kisaran tahun 2001 - 2003 karena sekedar ikut ikutan teman, menjadi pecandu narkoba karena pergaulan hingga pernah mencicipi bagaimana rasanya tinggal di lapas narkoba pada tahun 2013 dan tahun 2014.
Tidak mudah jalan yang dilaluinya dalam proses hijrahnya. Mengaku pernah berkeinginan untuk kembali kepada narkoba, nyatanya hidayah Allah menghampiri dan menuntunnya kembali kepada jalan kebaikan dan meninggalkan segala keburukan masa lalunya.
Sekeluarnya dari Lapas, Heryananto bersama teman-teman sesama mantan WBP ( Warga Binaan Pemasyarakatan ) mendirikan sebuah komunitas Hijrah yang diberi nama Majelis Istiqomah Hijrah Yogyakarta pada tahun 2018, yang mana sampai saat ini Heryananto menjadi ketuanya.